Kamis 26 Sep 2013 11:56 WIB

Hatta: Kebijakan Mobil Murah untuk Dorong Pengembangan Mobnas

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Hatta Rajasa
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Hatta Rajasa

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Aturan mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) yang dikeluarkan pemerintah diharapkan akan mendorong pengembangan mobil nasional (mobnas). Menteri Koordinator Hatta Rajasa mengungkapkan kehadiran mobil murah diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar minyak (BBM). "Mobil murah bukan sekadar harga tapi juga bisa substitusi agar kurangi ketergantungan pada BBM," kata Hatta, di sela acara Forum Bisnis Indonesia-Korea, Kamis (26/9).

Mobil murah yang kini tengah dikembangkan pemerintah adalah mobil yang menggunakan bahan bakar gas dan listrik. Hatta mengatakan saat ini tim sudah dibentuk untuk melakukan riset terkait rancangan mobil nasional tersebut.

Riset ini merupakan kerja sama antara Kementerian Riset, Informasi, dan Teknologi dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Riset ini juga melibatkan sejumlah ahli dari beberapa universitas seperti Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung.

Riset untuk mobil murah nasional ini juga melibatkan investasi dari Korea. "Korea menyiapkan dananya," kata Hatta tanpa menyebut jumlah dana yang dipakai untuk riset. Diharapkan dari tim ini bisa dihasilkan sebuah produk mobil murah yang tidak hanya murah namun juga dapat menghemat BBM.

Hatta tidak menyebutkan kapan mobil nasional ini dapat terealisasi. Saat ini tahapannya adalah riset untuk desain dan teknologinya. Pemerintah bahkan telah membentuk satu kelompok kerja baru untuk pengembangan LCGC nasional dengan Korea karena ini merupakan proyek G to G. Korea dipilih karena berhasil mengembangkan converter kit. Diharapkan Korea bisa membantu Indonesia melalui transfer ilmu converter agar mobil listrik yang diidamkan dapat terealisasi.

Terkait sumber dayanya, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) diberi wewenang untuk itu. Dari kajian cepat yang telah dilakukan, harga keekonomian energi untuk mobil listrik jauh lebih murah dibandingkan harga BBM yang disubsidi. "Harga ini dengan asumsi listriknya tidak disubsidi," kata Hatta.

Banyak yang menyangsikan harga mobil listrik akan lebih mahal dibandingkan mobil berbahan bakar minyak. Namun Hatta optimistis ketika mobil ini sudah diproduksi massal, harganya akan jauh lebih terjangkau. Mobil inilah yang dimaksud dengan LCGC.

Hatta menegaskan, LCGC tidak boleh disalah artikan. Banyak masyarakat menentang kehadiran LCGC karena salah pengertian. LCGC yang dimaksud pemerintah harus mengacu kepada tiga hal. Pertama, LCGC harus mengacu pada roadmap mobil nasional. Saat ini mobil murah sudah memakai komponen nasional. "Sekarang saja untuk ban sudah 100 persen dihasilkan dalam negeri," kata Hatta.

Kedua, LCGC harus mengacu kepada ekspor untuk dapat bersaing dengan negara lain. Saat ini saingan terberat Indonesia adalah Thailand. Ketiga, mobil murah harus tercermin efisiensinya.

Sebelumnya Direktur Jenderal Transportasi Korsel Ahn Si Kweon menyatakan kesiapan Korea untuk mendukung pengembangan mobil listrik di Indonesia. "Sejak adanya nota kesepahaman dengan Indonesia pada November 2012, kami terus menindaklanjuti pengembangan mobil listrik di Indonesia," kata Ahn.

Korea mendukung penuh pengembangan mobil listrik dengan membentuk lembaga yang fokus pada pengembangan teknologi ramah lingkungan. Pemerintah Korea juga siap menyediakan converter kit untuk kendaraan berbahan bakar gas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement