Senin 23 Sep 2013 16:26 WIB

Pemerintah Harus Ciptakan Kepercayaan di Pasar Keuangan

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Pasar saham/Ilustrasi
Foto: corbis.com
Pasar saham/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta untuk menciptakan kepercayaan pada investor untuk mengantisipasi pengurangaan stimulus moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS), the Federal Reserve (the Fed). Sejumlah kalangan memprediksikan the Fed akan mengurangi stimulusnya pada Desember tahun ini. Jika Indonesia tidak bersiap, pasar keuangan dapat bergejolak ketika hal tersebut terjadi.

Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengatakan kebijakan jangka pendek yang bisa dilakukan adalah membangun confidence di pasar keuangan. "Hal itu bisa dilakukan diwaktu penundaan tapering off ini," ujar Lana usai acara The Future of Finance: Axis of Stability & Profitability, Jakarta, Senin (23/9).

Keputusan the Fed untuk melanjutkan kebijakan stimulus ekonominya membuat aliran dana dari investor asing kembali membanjiri pasar keuangan dalam negeri. Aliran modal tersebut masuk ke instrumen saham, surat utang negara (SUN), dan obligasi. Lana memprediksikan aliran dana segar asing yang masuk ke pasar saham hingga Desember mencapai 2,3 miliar dolar AS.

Masuknya aliran dana dapat memperbaiki neraca pembayaran Indonesia (NPI) yang defisit. Nilai tukar rupiah pun diharapkan kembali menguat pada level Rp 10 ribu per dolar AS. Namun, kepercayaan diri investor tetap harus ditumbuhkan dengan adanya kebijaakan yang senada antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI). "Mereka ingin lihat upaya yang dilakukan, BI dan pemerintah harus sejalan dalam kebijakannya," ujar dia.

Direktur Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Mirza Adityaswara mengatakan nilai tukar akan mengalami tekanan karena transaksi berjalan masih defisit. Namun, nilai tukar diarahkan bergerak melemah agar impor menjadi mahal sehingga pelaku usaha mengurangi impor. Pelaku industri juga akan mengurangi pinjaman luar negeri karena valas mahal.

Ia menjelaskan bahwa apabila nilai tukar dipertahankan pada level Rp 10 ribu per dolar AS, impor akan membesar. Namun, Mirza mengatakan regulator perlu menjaga pergerakan pelemahan rupiah tidak fluktuatif. Regulator perlu menjaga kestabilan nilai tukar yang tengah berada di ekuilibrium baru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement