Ahad 22 Sep 2013 16:06 WIB

Dana Terbatas, Pertamina EP Tunda Pengeboran 25 Sumur Minyak

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Nidia Zuraya
Lapangan Bunyu di Kalimantan Timur yang dikelola oleh PT Pertamina EP.  (Ilustrasi)
Foto: Amin Madani/Republika
Lapangan Bunyu di Kalimantan Timur yang dikelola oleh PT Pertamina EP. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Anak perusahaan PT Pertamina (Persero), PT Pertamina EP (PEP) menunda rencana pengeboran 25 sumur selama 2013 karena keterbatasan modal. Apalagi pengeboran yang dilakukan sebelumnya tidak memberikan hasil sesuai rencana.

Presiden Direktur PEP Syamsu Alam mengungkapkan, pihaknya memiliki dana yang terbatas untuk membiayai pengeboran. ‘’Terpaksa kami tunda 14 sumur eksplorasi dan 11 sumur pengembangan,’’ kata dia kepada ROL, Ahad (22/9).

 

Masalah dana menjadi kendala, kata Syamsu, terutama adalah akibat hasil pengeboran sebelumnya yang tidak terlalu baik. Penundaan pengeboran ini menjadi strategi investasi dari PEP. Kendala dan masalah yang dihadapi dalam pengeboran, ujar dia, di antaranya ada di bawah tanah (sub surface), di samping operasional pengeboran itu sendiri.

Dia menjelaskan, perasalahan sub surface yang dialami adalah berupa pengeboran yang tidak sesuai hasilnya. Semisal, sebelum pengeboran diprediksi akan menghasilkan 200 barel per hari (bph), ternyata setelah dibor hanya 20 bph. Selain itu juga, lanjut Syamsu, terjadi masalah-masalah eksternal seperti pelubangan pipa secara ilegal di Tempino-Plaju, sehingga pihaknya mesti menutup produksi. Lalu ada lagi masalah kegiatan lapangan lepas pantai x ray, penggantian pipa yang sudah bocor karena sudah 30 tahun yang akan selesai pada Oktober 2013.

 

Kemudian, kata dia, Pembangunan Floating Production Storage Offloading (FPSO) terhambat. Seharusnya sudah mulai beroperasi pada Maret 2013, hingga kini masih belum selesai. Alasannya, ombak besar, dan pipa dirusak bajak laut.

 

Syamsu menerangkan,  masalah-masalah pengeboran itu tidak menimbulkan kerugian secara langsung. Akan tetapi keuntungan yang didapat lebih sedikit dengan lebih lama dibanding keadaan normal. Solusi ke depan, kata dia, pihaknya akan melakukan sistem peringkat berdasarkan potensi dan risikonya. ‘’Kami hanya mengerjakan yang pasti saja,’’ jelasnya.

 

Direktur Operasi dan Produksi PEP Satoto Agustono menuturkan, masalah pengeboran itu adalah berbedanya  perkiraan produksi awal dengan realisasinya. Ia mencontohkan, di salah satu sumur diperkirakan bisa produksi hingga 400 barel per hari (bph), namun kenyataannya hanya menghasilkan 20 bph. Keberhasilan pengeboran pada 2013, kata dia, jauh dari ekspektasi.

 

Padahal, kata dia, sudah dikeluarkan dana hingga 4 juta dolar AS untuk biaya pengeboran. Ke depannya apabila ada pengeboran lagi akan dievaluasi ulang. Evaluasi itu di antaranya dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti penyebab rendahnya hasil dari pengeboran dari perkiraan awal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement