REPUBLIKA.CO.ID, LAHORE -- Proporsi keuangan mikro syariah global kurang dari satu persen dari total aset keuangan syariah sebesar 1,3 triliun dolar AS. Dari hal itu dapat ditangkap bahwa perbankan dan keuangan syariah masih terbatas pada kelas menengah ke atas dan kurang melayani masyarakat ke bawah.
Chief Executive Officer (CEO) Pusat Perbankan dan Ekonomi Syariah Al Huda, Zubair Mughal mengatakan komersialisme masih terjadi di lembaga keuangan syariah sehingga melenceng dari tujuan utamanya yakni menyejahterakan masyarakat. "Fakta ini menimbulkan berbagai pertanyaan seperti apakah keuangan syariah hanya memiliki sumber daya keuangan untuk orang kaya atau apakah keuangan syariah satu-satunya pilihan untuk segmen masyarakat tertentu," kata Mughal seperti dikutip The Nation, Kamis (12/9).
Data dari Kelompok Konsultatif untuk Membantu Masyarakat Miskin menunjukkan bahwa volume keuangan mikro syariah global mencapai 800 juta dolar AS dengan melayani sekitar 1,3 juta penerima manfaat. Namun penelitian terbaru dari Pusat Keunggulan Keuangan Mikro Syariah Al Huda menyebutkan volume keuangan mikro syariah global telah mencapai 1 miliar dolar AS.
Saat ini total jumlah lembaga keuangan mikro syariah lebih dari 300 yang beroperasi di seluruh dunia. Kecilnya pangsa pasar keuangan mikro syariah merupakan tanda tanya besar bagi Industri keuangan syariah.
Mughal mengatakan sesuai ajaran Islam, harusnya keuangan syariah bertujuan mencapai keadilan, kerjasama, dan kesejahteraan ummat. "Namun jika melihat studi banding berbagai agama mengenai sudut pandang kemiskinan, maka pengentasan kemiskinan bukan hanya menjadi tanggung jawab sosial Islam tapi juga kewajiban semua agama," kata dia.
Mughal berujar industri keuangan syariah telah melupakan tanggung jawab sosial atau agama. Hal ini dapat dilihat dari fakta mengejutkan bahwa 46 persen kemiskinan di dunia berada di negara Muslim. Kemiskinan di dunia Muslim meningkat dari hari ke hari yang disebabkan terbatasnya fasilitas keuangan mikro syariah.