Kamis 12 Sep 2013 16:05 WIB

HSBC Luncurkan Sistem Pemantau Investasi

HSBC (ilustrasi)
HSBC (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) menghadirkan perangkat wealth dashboard, yaitu suatu perangkat yang dapat membantu para nasabah memantau dan mengelola investasi dan keuangan. "Bersama dengan program edukasi finansial tahun ini, HSBC memperkenalkan perangkat wealth dashboard berbasis internet dan aplikasi mobile banking untuk para nasabah kami," kata Senior Vice President (SVP) dan Kepala Manajemen Keuangan HSBC Steven Suryana di Jakarta, Kamis (12/9).

Steven menjelaskan bahwa perangkat baru itu dirancang khusus bagi para nasabah untuk merencanakan dan mengelola keuangan bersama dengan relationship manager yang dilakukan secara online. Melalui aplikasi wealth dashboard itu, kata dia, nasabah bisa memantau investasi yang dimiliki dan melakukan transaksi kapanpun dan di manapun melalui penggunaan internet atau mobile banking.

"Jadi, para nasabah bisa bertransaksi dan memeriksa perkembangan nilai investasi mereka secara convenient (mudah) melalui online banking atau sms banking," ujarnya.

Ia menambahkan, selain dapat memeriksa perkembangan nilai investasinya, para nasabah juga bisa membuat analisa dan pertimbangan sebelum mengambil tindakan yang terkait dengan investasi. "Jadi, aplikasi ini bukan hanya untuk melihat nilai investasi saja, tetapi juga bisa membantu membuat analisa perkembangan investasi tertentu kedepannya berdasarkan updated current news (berita pasar terbaru) yang kami sediakan," katanya.

Pada kesempatan itu, Steven juga menekankan pentingnya peningkatan pemahaman masyarakat mengenai pengelolaan keuangan melalui program edukasi yang memadai, dengan harapan para nasabah akan lebih berani menempatkan dananya di segmen produk investasi selain produk perbankan tradisional. Menurut dia, survei HSBC pada 2011 menunjukkan penetrasi investasi oleh para nasabah di negara berkembang, termasuk Indonesia, masih lebih dominan pada jenis produk tradisional, seperti deposito.

"Hal itu tercermin dari porsi alokasi investasi segmen affluent (makmur) yang mencapai 35 persen untuk deposito, sementara selebihnya tersebar di properti, reksa dana, saham, dan investasi alternatif lain," tuturnya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya siap memberikan masukan dan saran finansial bagi nasabah dan masyarakat dalam merancang strategi investasi sesuai dengan tujuan dan profil risiko investasi jangka panjang setiap nasabah. "Pada akhirnya, kami berharap perangkat ini dapat membantu para nasabah dalam memahami risiko dan manfaat berinvestasi setelah betul-betul memahami kebutuhan mereka," kata Steven.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement