REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan bahwa konsumsi bahan plastik per kapita di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan ASEAN seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. "Potensi konsumsi produk plastik di Indonesia masih cukup besar mengingat konsumsi nasional per kapita per tahun baru mencapai 10 kilogram," kata Hidayat saat membuka Pameran Produk Karet dan Plastik di Jakarta, Selasa (10/9).
Hidayat mengatakan, angka tersebut relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand yang mencapai angka 40 kilogram per kapita per tahun. "Permintaan plastik kemasan didorong oleh pertumbuhan industri makanan minuman dan fast moving consumer goods sebesar 60 persen," ujarnya.
Hidayat menambahkan, meskipun struktur industri plastik nasional sudah cukup lengkap dari hulu sampai hilir, namun masih ditemui tantangan dalam pengembangannya. Menurutnya, tantangan tersebut antara lain adalah kapasitas produksi yang terbatas pada bahan baku seperti polipropilen dan polietilena. "Dengan kondisi tersebut, kita masih mengimpor sebanyak 694 ribu ton dari total kebutuhan sebesar 1,64 juta ton pada tahun 2011," kata Hidayat.
Selain itu, lanjut Hidayat, kurangnya kapasitas oil refinery yang menghasilkan bahan baku naphta dan kondensat untuk bahan baku industri petrokimia hulu. Dengan keterbatasan tersebut, ujar Hidayat, Indonesia masih mengimpor naphta sebesar 1,6 juta ton dan kondensat sebesar 33 juta barrel pada tahun 2010 lalu.
"Pemerintah terus mendorong pengembangan industri oil refinery yang terintegrasi dengan industri petrokimia dalam rangka memperkuat struktur industri plastik dari hulu sampai hilir," papar Hidayat.
Menurut Hidayat, langkah untuk memperkuat struktur industri plastik dari hulu sampai hilir tersebut salah satunya dengan memberikan insentif seperti tax holiday, tax allowance dan pembebasan Bea Masuk untuk barang modal serta mendorong pengembangan SDM.
Saat ini, industri plastik kurang lebih berjumlah 892 perusahaan dengan kapasitas terpasang sebanyak 2,35 juta ton per tahun dan baru terutilisasi sebesar 70 persen sehingga produksi rata-rata sebesar 1,65 juta ton. Sementara untuk tenaga kerja yang terserap berdasarkan data pada tahun 2011 lalu mencapai 350 ribu orang.