REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri syariah menjadi instrumen investasi yang menarik. Terbukti, selama satu dekade terakhir yakni 2000 hingga 2010, kapitalisasi pasar produk investasi syariah tumbuh 13,6 persen CAGR 2000-2010. Reksa dana syariah tumbuh 81 persen CAGR pada 10 tahun terakhir. Sedangkan total dana kelolaan dari reksa dana syariah mampu membukukan pertumbuhan 30,3 persen di periode yang sama.
Head of Asset Management Group Islamic Bank Division CIMB Investment Bank Berhad, Shahril Simon mengatakan yang lebih menarik, selama krisis keuangan global pada 2008 dana kelolaan reksa dana syariah mampu tumbuh 5 persen sementara yang lain mengalami perjuangan. "Industri syariah masih akan menjadi instrumen menarik ke depannya terutama saat menghadapi ketidakpastian ekonomi global seperti saat ini," ujarnya, Senin (9/9).
Menurutnya, untuk satu dekade ke depan, kapitalisasi pasar dari produk investasi syariah masih akan tumbuh 10,6 persen CAGR 2010-2020. Total dana kelolaan reksa dana syariah berpotensi membukukan pertumbuhan 20,7 persen untuk periode yang sama.
Fund Manager PT CIMB Principal Asset Management, Cholis Baidowi mengatakan potensi reksa dana syariah sebagai alternatif diversifikasi investasi yang defensif pada pasar saat ini. "Indeks syariah enam kali lebih out perform dari indeks konvensional," kata dia.
Menurutnya, reksa dana syariah dapat unggul karena tidak memiliki saham perbankan. Sebagai contoh mengenai kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam memperketat kebijakan fiskal seperti pembatasan Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 92 persen dan naiknya giro wajib minimum ke 4 persen akan memperlambat pertumbuhan pinjaman perbankan yang berujung pada perlambatan pendapatan.
"Jika kita lihat lebih jauh lagi sektor perbankan memiliki bobot besar di IHSG sekitar 25 persen. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan EPS yang lebih lambat pada IHSG dibanding dengan Jakarta Islamic Index (JII)," papar Baidowi.
Cholis mengatakan saham dengan tingkat utang tinggi di atas 45 persen tidak akan masuk ke dalam daftar saham syariah di mana saham tersebut mendapat tekanan dari tingkat suku bunga yang terus naik atas inflasi tinggi. "Secara keseluruhan ini terbukti pada 2005-2006 dan 2008-2009, JII mampu mengungguli IHSG 12 sampai 14 persen dan LQ45 10 sampai 12 persen," ucapnya. Bahkan selama tahun berjalan 2013, sudah mengungguli IHSG 11 persen dan LQ45 14 persen.
PT CIMB-Principal Asset Management juga memiliki reksa dana saham CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah dimana sejak awal tahun hanya terkoreksi 1,27 persen dibandingkan IHSG yang terkoreksi 2,82 persen.
Regional Chief Investment Office (CIO) CIMB Prinsipal Asset Management Berhad, Raymond Tang mengatakan saat ini kita memasuki lingkungan meningkatnya biaya pendanaan riil dan perlambatan pertumbuhan PDB terutama untuk negara-negara Asia yang mengalami pertumbuhan tinggi. Menurutnya dalam waktu dekat dibutuhkan langkah pengetatan makro untuk mengelola likuiditas dan mengembalikan kepercayaan investor. Untuk jangka panjang, negara-negaraa tersebut perlu meningkatkan laju reformasi kebijakan untuk mencapai kualitas, tingkat pertumbuhan PDB yang lebih tinggi berkelanjutan.