Jumat 06 Sep 2013 14:10 WIB

Jadi Capres, Kebijakan Perdagangan Gita Wirjawan Dinilai Gagal

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: A.Syalaby Ichsan
Gita Wirjawan
Foto: Antara/Fanny Octavianus
Gita Wirjawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengkritisi kebijakan perdagangan oleh rezim saat ini.

Ketua LP3E Kadin Indonesia Didik J Rachbini menilai, besarnya defisit neraca perdagangan yang terjadi pada tenggat Januari-Mei 2013 merupakan cermin kegagalan Menteri Perdagangan yang saat ini tengah menjabat. Terlebih, Menteri Gita Wirjawan saat ini mencalonkan diri sebagai presiden dalam konvensi Partai Demokrat.

“Kebijakan perdagangan Indonesia gagal total, apalagi ini ditambah dengan Menteri Perdagangan Indonesia yang mencalonkan jadi calon presiden,” ujarnya menyindir Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan.

Menurutnya,  defisit neraca perdagangan selama Januari-Mei 2013 telah mencapai 2,5 miliar dolar AS. Nilai defisit kali ini lebih besar daripada total defisit selama 2012 yang sebanyak 1,65 miliar dolar AS.

Didik menekankan, defisit neraca perdagangan kali ini merupakan pertanda adanya tekanan impor yang besar-besaran. Apalagi, Indonesia adalah negara importir minyak dalam jumlah yang sangat besar. 

Sementara itu, dia melanjutkan, nilai ekspor non minyak dan gas (migas) Indonesia memang masih surplus. Ekspor non migas Indonesia bergantung pada batu bara yaitu sebesar 17,95 persen terhadap total ekspor dan minyak nabati atau minyak sawit sebesar 11,34 persen terhadap total ekspor. 

“Namun surplus komoditas non migas semakin mengecil akibat kuatnya tekanan impor dari beberapa mitra dagang utama Indonesia,” tuturnya.

Di satu sisi, neraca perdagangan non migas rentan terhadap perubahan harga karena ekspor Indonesia mengandalkan komoditas primer.“Jadi kalau nilai ekspor turun maka defisit kita semakin besar,” ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement