REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengkritisi kebijakan perdagangan oleh rezim saat ini.
Ketua LP3E Kadin Indonesia Didik J Rachbini menilai, besarnya defisit neraca perdagangan yang terjadi pada tenggat Januari-Mei 2013 merupakan cermin kegagalan Menteri Perdagangan yang saat ini tengah menjabat. Terlebih, Menteri Gita Wirjawan saat ini mencalonkan diri sebagai presiden dalam konvensi Partai Demokrat.
“Kebijakan perdagangan Indonesia gagal total, apalagi ini ditambah dengan Menteri Perdagangan Indonesia yang mencalonkan jadi calon presiden,” ujarnya menyindir Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan.
Didik menekankan, defisit neraca perdagangan kali ini merupakan pertanda adanya tekanan impor yang besar-besaran. Apalagi, Indonesia adalah negara importir minyak dalam jumlah yang sangat besar.
Sementara itu, dia melanjutkan, nilai ekspor non minyak dan gas (migas) Indonesia memang masih surplus. Ekspor non migas Indonesia bergantung pada batu bara yaitu sebesar 17,95 persen terhadap total ekspor dan minyak nabati atau minyak sawit sebesar 11,34 persen terhadap total ekspor.
“Namun surplus komoditas non migas semakin mengecil akibat kuatnya tekanan impor dari beberapa mitra dagang utama Indonesia,” tuturnya.
Di satu sisi, neraca perdagangan non migas rentan terhadap perubahan harga karena ekspor Indonesia mengandalkan komoditas primer.“Jadi kalau nilai ekspor turun maka defisit kita semakin besar,” ucapnya.