Kamis 05 Sep 2013 15:17 WIB

Importir: Sangat Tidak Menguntungkan Mengimpor Kedelai

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Kedelai impor
Foto: antara
Kedelai impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT FKS Multi Agro adalah salah satu importir terdaftar di Kementerian Perdagangan yang berhak untuk melakukan importasi kedelai. Direktur FKS Multi Agro Kusnarto menjelaskan sejak Januari sampai Agustus 2013, perusahaannya telah merealisasikan impor sebanyak 450 ribu ton.  Meskipun begitu, belum semuanya terserap habis. "Masih ada stok di tangan kami sebanyak 80 ribu ton," ujar Kusnarto dalam rapat dengar pendapat di Kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Kamis (5/9). 

Menurut Kusnarto, perusahaan juga memiliki jatah 200 ribu ton kedelai yang akan datang sampai Desember 2013.  "Sekarang lagi dalam perjalanan," kata Kusnarto. 

Dalam kesempatan itu, Kusnarto menjelaskan hambatan yang tengah dihadapi importir, salah satunya adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menembus Rp 11 ribu. Kusnarto menilai, pelemahan nilai tukar sangat tidak menguntungkan mengingat harga internasional terakhir melonjak menjadi 640 sampai 650 dolar AS per ton.

"Kita importir berutang dalam dolar AS. Sementara kita menjual dalam rupiah. Kita sendiri kepusingan. Kalau pemerintah meminta kestabilan harga, dolarnya tentu harus stabil," kata Kusnarto. 

Selain harga 640 sampai 650 dolar AS per ton, Kusnarto menyebut importir juga menghadapi tambahan biaya dari bea masuk, pajak penghasilan, biaya pengangkutan dan lain-lain.  "Itu kisarannya 50 dolar AS sehingga harganya jadi 690 sampai 700 dolar AS per ton.  Itu di luar bea masuk," ujar Kusnarto.

Kusnarto juga menjelaskan kewajiban yang disyaratkan oleh pemerintah agar importir membeli kedelai petani lokal. Dia mengatakan importir telah menjalin kerja sama dengan Perum Bulog untuk melakukannya. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan kedelai lokal nihil.

Kalau pun ada, sambung Kusnarto, harganya sudah jauh di atas yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp 7.000.  "Kalau untuk pembeli sudah pasti ada yaitu dari Kopti," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement