Kamis 05 Sep 2013 15:03 WIB

Harga Kedelai Saat ini Tertinggi Sepanjang Sejarah Indonesia

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Kedelai
Kedelai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan harga kedelai per kg saat ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah republik. Saat ini, harga kedelai telah mencapai Rp 8.900 sampai Rp 10 ribu per kg di sejumlah daerah sentra produsen tempe tahu.  "Kami sudah tidak tahan dengan kondisi ini," ujar Aip dalam rapat dengar pendapat di Kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Kamis (5/9). 

Menurut Aip, sebanyak jutaan orang menggantungkan hidupnya kepada proses produksi tempe tahu.  Dari hitung-hitungannya, saat ini terdapat 150 ribu perajin tempe tahu dengan rata-rata pegawai sebanyak 10 orang.  Jika dikalikan tiga anggota keluarga yang tertanggung, maka terdapat sekitar 4,5 juta orang yang bergantung hidupnya dari kedelai.  "Yang terkena imbas perajin kecil.  Kalau yang besar kurangi produksi, turunkan ukuran, dll.  Inilah kondisi sekarang," kata Aip.

Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah harga yang stabil ditunjang ketersediaan pasokan merupakan aspek utama bagi kelangsungan produksi tempe tahu.  Euis mengaku tidak mempermasalahkan sumber kedelai, apakah dari impor atau dari dalam negeri.  "Kementerian Perindustrian selalu memperhatikan kebutuhan perajin tempe tahu," kata Euis seraya menyebut perajin tempe tahu rentan terkena dampak langsung kenaikan harga kedelai.

Euis menjelaskan, fokus pengembangan IKM pangan tempe tahu meliputi peningkatan kapasitas fasilitas sarana produksi standar IKM tempe tahu.  Jika pada 2012 total bantuan tercatat Rp 480 juta, tahun ini ditingkatkan menjadi Rp 3,9 miliar.  Juga dilakukan penyusunan Proposed Draft Regional Standard Codex untuk tempe dan produk kedelai nonfermentasi.  Pun dengan peningkatan partisipasi dalam pembahasan Revisi SNI tempe kedelai yang diinisiasi Ditjen Industri Agro Kemenperin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement