Senin 02 Sep 2013 19:55 WIB

Defisit Neraca Perdagangan Dipandang tak Bisa Dihindari

Rep: Rr. Laeny Sulistyawati/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Defisit (ilustrasi)
Foto: FINANCIALRED.COM
Defisit (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA--Pengamat Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, menilai defisit neraca perdagangan Indonesia sebesar 2,31 miliar dolar AS pada Juli 2013 memang tidak bisa dihindari.

Menurut dia  defisit neraca perdagangan secara fundamental wajar terjadi. “Kenapa? karena ekspor kita turun akibat harga komoditas yang menurun. Sedangkan impor kita naik karena sifat barangnya inelastis,” katanya saat dihubungi Republika, Senin (2/9) sore.

Arti tidak elastis di sini yaitu perubahan dari harga impor tidak berdampak signifikan terhadap penurunan permintaan impor. Faktor-faktor itulah, imbuh Enny,  yang membuat Indonesia sulit menghindari defisit neraca perdagangan.

Situasi ini menurut dia kian sukar saat kebijakan pemerintah hanya berkonsentrasi mengejar angka pertumbuhan ekonomi. "Padahal, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa menjadi komoditas yang diperdagangkan, akibatnya konsumsi lebih besar daripada produksi,” tuturnya.

Dia memberikan masukan, untuk menyelesaikan masalah ini maka harus ada perubahan fundamental di sektor riil. Dia menyarankan, pemerintah bisa memberikan stimulus ke sektor riil. Efeknya, pelaku usaha sektor riil itu bisa berproduksi dan  bisa mengurangi defisit neraca perdagangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement