REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Sejak sepuluh tahun yang lalu Hani Witjaksono menjalankan usaha pembuatan tempe. Namun, pemilik usaha tempe bermerk 'Aulia' ini mengaku baru kali ini merasakan kondisi yang paling sulit.
''Sekitar tiga-empat tahun yang lalu harga kedelai impor juga tinggi, tapi kenaikannya pelan-pelan. Dan barang masih tersedia. Meskipun naiknya sampai Rp 9 ribu per kilogram tetapi kemudian ada bantuan dari pemerintah. Sehingga harga turun lagi,'' kata Hani pada ROL, Selasa (26/8).
Sedangkan sekarang, lanjut dia, naiknya harga kedelai sangat cepat. Bahkan kedelai impor kelas satu sejak seminggu yang lalu sudah tidak ada. Sementara harga kedelai kualitas dua sudah Rp 9 ribu per kilogram (kg) dan ini melebihi harga kedelai kualitas satu yang pada awal Lebaran hingga selama dua minggu Lebaran masih bertahan di angka Rp 8 ribu per kg.
''Padahal harga kedelai kelas II empat hari yang lalu sudah Rp 8.600 per kilogram, sekarang Rp 9.000 per kilogram dan saya belinya di agen langsung dalam jumlah banyak. Kalau beli eceran bisa selisihnya mencapai Rp 300-400 per kilogram,'' ungkap Hani.
Hani biasanya menggunakan kedelai kualitas satu, namun karena tidak ada barangnya, terpaksa dia menggunakan kedelai kualitas dua. Tentu saja berbeda, dari segi ukuran maupun kualitasnya. ''Karena tidak ada barangnya ya saya gunakan kualitas dua, sehingga pengolahannya agak sulit,'' tuturnya.
Dengan kenaikan harga kedelai tersebut ukuran tempe 'Aulia' diperkecil. ''Dulu per buah ukurannya sekitar 1,5 ons sedangkan sekarang ukurannya saya kurangi sekitar 25 persen. Namun harganya masih Rp 2.000 per buah. Setiap harinya dia menghabiskan kedelai sekitar 1,5 kuintal hanya untuk membuat tempe. Pelanggan tempe 'Aulia' tidak hanya ibu rumah tangga, melainkan juga rumah sakit.
''Kalau harga kedelai sudah mencapai Rp 10 ribu per kilogram, tentu saja saya harus menaikkan harga sekitar Rp 2.500 per buah. ''Kami sekarang masih nunggu harga kedelai,'' ujar Hani.
Karena ingin mempertahankan kualitas, dia hanya akan menggunakan kedelai sampai kualitas dua. Kalaupun nantinya kedelai kualitas dua tidak ada di pasaran, dia tidak akan membeli kedelai kualitas tiga. Karena itu dia berharap agar pemerintah tetap menjaga ketersediaan kedelai impor.
Hani mengaku akan tetap mempertahankan karyawanannya yang berjumlah 10 orang karena mereka tetap loyal sejak 10 tahun yang lalu. ''Saya tidak tahu nanti bagaimana kalau harga kedelai kualitas dua tidak ada lagi. Barangkali perusahaan tempe saya akan tutup dan karyawan saya juga tidak bekerja lagi,'' kata dia.