REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN--Kampanye negatif atas sawit Indonesia masih terus dilakukan berbagai kelompok di luar negeri. 'Serangan' terbaru muncul di Swedia.
"Belum lama ini, suatu lembaga di Swedia merilis tulisan negatif tentang perkebunan dan industri sawit Indonesia yang inti tulisannya sawit Indonesia disebut merusak lingkungan," kata Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia, Asmar Arsyad, di Medan, Jumat (16/8).
Ia sangat meyakini kampanye negatif itu upaya menjatuhkan sawit karena masih lebih menjanjikannya komoditas tersebut dibandingkan jenis minyak nabati lainnya.
"Kampanye negatif sawit itu harus terus dilawan. Afrika saja berani melakukan perlawanan terhadap perusahaan besar di Perancis yang membuat kampanye negatfi sawit," katanya.
Meski kampanye negatif di Swedia itu belum juga berdampak negatif bagi permintaan dan harga sawit Indonesia, tetapi harus diantisipasi. Alasannya ia berpotensi berefek jangka panjang, padahal di Indonesia, petani sawit jumlahya semakin banyak dan sawit masih menjadi andalan utama devisa ekspor non migas.
"Harga ekspor CPO dewasa ini memang belum terlihat terganggu dengan kampanye negatif sawit di Swedia itu karena harga jual TBS (tandan buah sawit) di tingkat petani masih lumayan bagus," katanya.
Di Sumut, harga TBS petani berkisar Rp900-Rp1.000 per kg. "Harga yang masih bagus di tengah masa panen raya yang sudah semakiin dakat yakni September dan adanya kampanye negatif itu menggembirakan," katanya.