Senin 12 Aug 2013 21:46 WIB

'Harga Sembako Mahal Karena Sedikitnya Penjual'

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: A.Syalaby Ichsan
 Sejumlah warga kurang mampu antre untuk mendapatkan kupon penukaran sembako murah di Pademangan Jakarta Utara, Kamis (1/8).     (Republika/Agung Supriyanto)
Sejumlah warga kurang mampu antre untuk mendapatkan kupon penukaran sembako murah di Pademangan Jakarta Utara, Kamis (1/8). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan menjelaskan, kenaikan harga kebutuhan bahan-bahan pokok hingga saat ini karena sedikitnya penjual bahan-bahan kebutuhan pokok.

Direktur Bahan Kebutuhan Pokok dan Barang Strategis Kemendag Indonesia Retno Rukmawati mengakui ada beberapa kebutuhan pokok yang harganya masih tinggi.

“Harga-harga kebutuhan pokok sebelum Idul Fitri dan setelah Idul Fitri relatif tinggi karena penjualnya yang masih sedikit,” katanya saat dihubungi Republika, Senin (12/8) malam. 

Dia menambahkan, komoditi cabai harganya juga masih tinggi karena curah hujan yang tinggi di sentra produksi. Akibatnya terjadi gagal panen. Namun meski harga kebutuhan-kebutuhan pokok masih tinggi, Retno mengklaim bahwa semua harga-harga kebutuhan pokok itu sudah mulai turun.

“Yang agak tinggi harganya kan daging sapi, tetapi lain-lainnya seperti beras, tepung terigu, telur ayam hingga daging ayam harganya kan sudah mulai turun. Ini merupakan kondisi lebaran dan dengan sendirinya akan stabil,” ucapnya. 

Apalagi, dia menambahkan, para penjual kebutuhan pokok tersebut akan bertambah sehingga harga-harga kebutuhan pokok bisa stabil. Retno membantah kabar tingginya harga telur yang normalnya Rp 28 ribu per rak menjadi Rp 38 ribu per rak di Makassar, Sulawesi Selatan.

Dia menyebutkan, berdasarkan laporan dari dinas perindustrian dan perdagangan Makassar kepada Kemendag Indonesia, harga telur ayam di Makassar berkisar antara Rp 20 ribu per kilogram (kg). Kemudian harga daging ayam yaitu sebesar Rp 25.600 per kg pada Ahad (11/8) kini menjadi Rp 25 ribu per kg. 

“Mungkin kalau pasarnya ada di pelosok daerah ya saya tidak tahu. Karena tidak semua daerah tercakup oleh dinas perindustrian dan perdagangan,” ucapnya. 

Meski demikian, pihaknya mengaku terus memantau perkembangan harga kebutuhan tersebut. Adapun upaya yang dilakukan pihaknya seperti mengimpor daging sapi, termasuk sapi potong dan kini daging-daging tersebut sudah tiba di Indonesia.

Akselerasi impor produk hortikultura juga menjadi upaya lain yang dilakukan pihaknya. Selain itu, kata Retno, impor cabai  sudah ada yang masuk Indonesia pada akhir juli 2013 lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement