Ahad 11 Aug 2013 23:40 WIB

Kemendag Klaim Harga Daging Sapi Turun

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Heri Ruslan
Seorang pembeli tengah memilih daging sapi lokal di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (6/8). (Republika/Adhi Wicaksono)
Seorang pembeli tengah memilih daging sapi lokal di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (6/8). (Republika/Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus memantau harga daging sapi di pasar sekitar Jabodetabek dan Jawa Barat.

Hingga hari ini dilaporkan terus terjadi penurunan harga paska Lebaran. Kondisi ini antara lain terjadi di Pasar Senen, Pasar Kranji, Pasar Cakung, Pasar Rawabadak dan Pasar Karang Sembung di Cirebon.

Berdasarkan rilis yang diterima Republika, pada 7 Agustus harga daging sapi mencapai Rp 120 ribu per kilogram (kg). Namun pada 10 Agustus turun menjadi Rp 100 ribu per kg atau turun sebesar 16,7 persen. Lalu di Pasar Grogol, Pasar Kebayoran Lama, Pasar Klender dan Pasar Cinde di Palembang, harga daging turun dari Rp 110 ribu per kg menjadi Rp 100 ribu per kg. 

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Srie Agustina mengatakan harga daging sapi di pasar ritel pun masih di bawah Rp 100 ribu per kg. Di Giant Jakarta misalnya, harga daging sapi sebesar Rp 99.990 per kg. Lalu di Hypermart Jakarta, daging sapi dihargai Rp 92.450 per kg. "Di Hypermat Palembang, harga daging sapi bahkan mencapai Rp 85 ribu per kg dan di Carefour Jakarta Rp 84.900 per kg," ujarnya, Ahad (11/8).

Penurunan harga ini, khususnya di pasar-pasar tradisional,  menurut dia terjadi paska masuknya ribuan sapi impor siap potong. Sapi-sapi tersebut masuk ke Indonesia sejak Rabu (7/8). Total sapi potong yang telah tiba sebanyak 8.990 ekor.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Bachrul Chairi mengatakan pemerintah akan mengimpor total 24.750 ekor sapi siap potong. Pengapalan terkahir dijadwalkan berlangsung Jumat (23/8). Pemotongan sapi akan dilakukan di beberapa Rumah Potong Hewan (RPH) di wilayah Jabodetabek.

Ada tiga jenis sapi yang diimpor oleh pemerintah. Pertama, jenis sapi bakalan yang bobotnya melebihi 350 kg. Lalu ada sapi betina dan bull jantan yang sudah tua. Sapi-sapi ini diberi makanan dari rerumputan, sehingga mengahasilkan lemak yang lebih tebal daripada sapi yang dibesarkan di penggemukan.

Namun Bachrul mengakui masih menemui kendala dalam penjualan daging sapi dengan lemak tebal tersebut. Ketika musim Lebaran, banyak pekerja pejagalan yang seharusnya bertugas memisahkan lemak dengan daging pulang mudik. "Hal ini menyebabkan sulit menjual daging sapinya, meskipun ada beberapa RPH tidak keberatan menjual daging yang berlemak kuning dan tebal, misalnya RPH Pulo Gadung," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement