Rabu 31 Jul 2013 11:56 WIB

Likuiditas Perbankan Nasional Menipis

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Gedung Bank Indonesia
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Gedung Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Likuiditas perbankan di tanah air mengetat karena terdapat jurang yang cukup besar antara pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK). Bank Indonesia (BI) menilai bank-bank cenderung menggunakan ekses likuiditas untuk membiayai ekspansi kreditnya.

Deputi Gubernur BI Bidang Pengawasan Perbankan, Halim Alamsyah, berdasarkan pemantauan terhadap perbankan pada minggu ketiga Juli, ekspansi kredit pertumbuhannya sebesar 21,8 persen. "Minggu lalu tiba-tiba ada kenaikan kredit yang cukup besar, Rp 29 triliun, dalam 1 minggu. Tapi kami masih belum mengetahui persis itu perginya ke sektor mana saja," ujar Halim, Selasa (30/7) malam.

BI memprediksi kenaikan kredit disebabkan kebutuhan barang menjelang lebaran. Namun, ekspansi kredit sudah perlahan menurun dibandingkan tahun lalu. Akhir 2012, ekspansi kredit tercatat sebesar 23,4 persen. Penurunan ekspansi kredit masih sesuai dengan profil dan prediksi setiap bank.

Laju pertumbuhan kredit tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan DPK. "DPK dari pantauan kami masih belum beranjak jauh dari 13-14 persen. Ada suatu gap yang besar karena bank-bank menggunakan ekses likuiditasnya untuk membiayai ekspansi kredit," ujar Halim. BI melihat posisi likuiditas bank menurun dalam semester I-2013.

Berdasarkan stress test yang dilakukan BI, likuiditas perbankan masih cukup untuk melakukan pembiayaan. Posisi likuiditas saat ini masih dapat ditarik hingga 18,2 persen. Ketika 2008, posisi likuiditas saat itu cukup untuk ditarik hingga 13 persen. "Masih cukup aman secara keseluruhan," tegas dia.

Halim memproyeksikan likuiditas bank akan naik kembali pada semester II-2013. Kenaikan disebabkan oleh ekspansi rekening pemerintah. "Kami akan lihat meningkatnya cepat kembali atau tidak," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement