Rabu 24 Jul 2013 13:49 WIB

Saatnya Dorong Green Financing Di Indonesia

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Millennium Challenge Account Indonesia (MCA-Indonesia) menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama untuk Green Prosperity Project dengan PT Sarana Multiinfrastruktur Indonesia (Persero), PT Indonesia Infrastructure Finance (PT IIF) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk di kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Rabu (24/7). 

Direktur Eksekutif Millennium Challenge Account Indonesia (MCA-Indonesia) JW Saputro mengharapkan penandatanganan ini diharapkan dapat menjadi katalisator bagi green financing di Indonesia.  "Kami di sini ada kesamaan untuk mendorong green financing menjadi lebih maju.  Itu inti dari pertemuan ini," kata Saputro. 

Green Prosperity Project merupakan bagian dari Program Compact yang merupakan program hibah senilai 600 juta dolar AS atau sekitar Rp 6,14 triliun dari pemerintah AS melalui Millenium Challenge Corporation. Kesepakatan ini telah ditandatangani pada 19 November 2011 yang bersamaan dengan ASEAN Summit di Bali.

Program Compact bertujuan untuk mengurangi tingkat kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan tiga kegiatan utama yaitu Green Prosperity Project dengan alokasi 390 juta dolar AS, Community Based Health and Nutrition to Reduce Stunting Project) 150 juta dolar AS dan Procurement Modernization Project 60 juta dolar AS. 

Lebih lanjut, Saputro menjelaskan MoU ini adalah upaya untuk mempercepat disbursement dana hibah. "Ini suatu quick win untuk mempercepat prosesnya," kata Saputro. Green Prosperity Project akan dilakukan pada 12 provinsi di Indonesia dengan awalan di Jambi dan Sulawesi Barat.

Wamen PPN/Wakil Kepala Bappenas Lukita Dinarsyah Tuwo menambahkan green development bukan lagi menjadi suatu pilihan melainkan satu tindakan yang harus dilakukan. "Selama ini inisiatifnya kecil.  Harusnya jadi inisiatif masif yang dilakukan secara bersama," ujar Lukita. 

Lukita mengatakan Green Prosperity Project adalah proyek yang terbesar dari Program Compact dan ini harus diselesaikan. Green Prosperity Project, menurutnya, harus menjadi model yang apabila dapat dilakukan dengan baik, diharapkan dapat direplikasi. Melalui Green Prosperity Project terlihat partnership di mana SMI dan IIF menjadi pionir pembiayaan. "Dimana selama ini perbankan belum masuk. Ini tak bisa hanya satu pihak," ungkap Lukita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement