REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara, Tbk (BTN) mencatatkan pertumbuhan laba yang tipis pada semester I-2013. Laba bersih tercatat sebesar Rp 673 miliar, tumbuh 2,2 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama BTN, Maryono, mengatakan pertumbuhan laba yang tipis disebabkan oleh rasio kredit bermasalah (NPL) yang meningkat dibanding periode yang sama tahun 2012, yaitu 4,63 persen (gross). "Jadi kita lakukan pencadangan. Selain itu kita alami kerugian potensial dari SUN (surat utang negara), karena mark to market sebesar Rp 95 miliar," ujar Maryono, Selasa (23/7) malam.
NPL adalah kontribusi dua hal, yakni kredit pemilikan rumah (KPR) dan komersial. Maryono menjelaskan kredit komersial itu untuk usaha-usaha produktif UKM. Perseroan mencatat pendapatan bunga bersih sebesar Rp 2,62 triliun pada semester satu 2013, tumbuh 15,43 persen dari Rp 2,27 triliun pada semester satu tahun lalu. Perolehan pendapatan bunga ditopang oleh kinerja kredit yang tumbuh sebesar 26,78 persen dari Rp 72,09 triliun menjadi Rp 91,4 triliun.
Maryono mengakui bahwa kinerja semester pertama ini merupakan tantangan tersendiri bagi bisnis perbankan di tengah kondisi makro yang belum kondusif. "Ada beberapa indikator yang berdampak tetapi tidak signifikan, dan itu akan dapat teratasi pada periode berikutnya," ujarnya.
Dana pihak ketiga (DPK) BTN tumbuh 24,16 persen dari Rp 66,57 triliun menjadi Rp 82,65 triliun. Total aset meningkat sebesar 24,17 persen dari Rp 95,51 triliun menjadi Rp 118,59 triliun. Rasio keuangan lainnya tercatat rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 16,36 persen, rasio kredit bermasalah (NPL) 4,63 persen, marjin bunga bersih (NIM) 5,35 persen, beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) 80,54 persen.