Senin 22 Jul 2013 14:23 WIB

Stabilkan Harga, Artha Graha Bantu Jual Daging Sapi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Nidia Zuraya
Daging sapi
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Daging sapi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), Grup Artha Graha berupaya membantu stabilkan harga daging sapi dengan menjual 20 truk berisi daging segar lokal dengan masing-masing kapasitas berisi 800-1.000 kilogram (kg) untuk wilayah DKI Jakarta.

Pemilik Grup Artha Graha Tomy Winata mengatakan bahwa pihaknya pernah melakukan hal yang serupa pada  tahun 2008-2009. Kali ini pihaknya kembali ikut campur karena ingin harga daging menjadi wajar yaitu Rp 70 ribu per kg. ‘’Selain itu program yang dijalankan adalah bagian dari CSR Artha Graha Peduli,’’ ujarnya kepada wartawan di sela-sela peluncuran penjualan perdana daging sapi murah di Jakarta, Senin (22/7).

Setiap hari, lanjut Tomy, Artha Graha mengerahkan 20 truk berpendingin berisi 800-1.000 kg daging sapi segar untuk didistribusikan ke 20 titik kelurahan di wilayah DKI Jakarta. Adapun  daging segar tersebut didapat dari peternakan sapi miliknya yang berlokasi di Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Pihaknya juga mendapatkan dukungan dari teman-teman yang punya daging untuk mendistribusikan ke pasar. Pemotongan juga di sana (Jonggol) sebanyak 600 ekor sapi. Tomy mengaku akan terus mendistribusikan secara langsung sampai harga daging sapi stabil. "Dalam sepekan seharusnya harga sudah stabil. Ini tinggal hati nurani yang memanggil karena dengan harga Rp 70 ribu per kg, kami tidak rugi,’’ tuturnya.

Pada kesempatan yang sama Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, terkait apa pun kegiatan pemerintah untuk mendatangkan sapi dari luar tentunya sepadan dengan semangat dan upaya untuk menstabilisasi harga. Upaya ini termasuk melakukan importasi daging sapi maupun sapi potong.

"Tetapi perlu digarisbawahi bahwa sebetulnya kami tidak pernah suka melakukan importasi selama produksi nasional mencukupi,’’ucapnya.

Namun, dia menambahkan, produksi nasional sangat tidak mencukupi akhir-akhir ini karena kebutuhan yang meningkat. Ini ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang begitu pesatnya dalam beberapa tahun ini. Masalah distribusi juga menjadi kendala. Faktor-faktor itulah yang membuat terjadinya kenaikan harga. ‘’Kenaikan harga ini adalah sumber inflasi yang merupakan kanker untuk rakyat, masyarakat luas yang sangat menginginkan stabilitas harga,’’ kata Gita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement