REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Antam (Persero) menggandeng perusahaan multinasional Direct Nickel (DNi) untuk menghasilkan produk nikel berkualitas super. Dengan investasi sekitar 500 juta dolar AS, usaha patungan ini akan memproduksi 15 ribu ton nikel per tahun.
Perjanjian kerja sama pengembangan deposit nikel laterit dan pembangunan pabrik pengolahan menggunakan teknologi canggih DNi ditandatangani di Jakarta, Senin (22/7).
Direktur Utama PT Antam Tato Miraza mengungkapkan, proses produksi nikel ini menggunakan teknologi canggih yang pertama kali digunakan di dunia. ''Dengan teknologi ini semua nikel bisa terolah, nyaris tanpa limbah seperti di kebanyakan pengolahan nikel. Jadi, sangat ramah lingkungan karena sedikit sekali pembuangannya,'' kata dia pada acara Penandatanganan Kerja Sama.
Acara ini merupakan kelanjutan dari penandatanganan perjanjian induk yang telah ditandatangani Antam dan DNi pada 31 Mei 2012. Penandatangan dilakukan oleh Tato dan CEO DNi Russel Debney.
Antam bersama DNi selanjutnya akan terlibat operasi bersama di pabrik pengujian milik DNi di Perth, Australia, memproduksi nickel mixed hydroxide. Saat ini uji coba itu mengolah sampel sebanyak 200 ton nikel laterit dari Antam.
Tato mengatakan, teknologi itu bisa meningkatkan efisiensi dan keekonomian pengolahan nikel laterit. Sementara CEO DNi Russel Debney mengungkapkan, pengkajian di Perth ditargetkan selesai pada 2014. ''Mulai dari engineering sampai dengan energy studies,'' ujar Debney.
Antam dan DNi menargetkan pabrik pengolahan nikel super canggih itu beroperasi 2015 atau paling lama 2016. Tato mengatakan, teknologi DNi paling efektif mengolah nikel. ''Unsur mineral, kobalt, hingga silika, semuanya terambil. Limbahnya sedikit sekali,'' ungkapnya.
Dia menjelaskan, kerja sama dengan DNi berjangka panjang. Bisa mencapai 20 hingga 30 tahun ke depan. Lokasi pabrik pengolahan itu kelak, kata Tato, dekat tambang Antam di Pomala atau Buli yang sudah memiliki infrastruktur bagus.