Senin 22 Jul 2013 12:50 WIB

Perdagangan Indonesia-Cina Alami Tekanan

Rep: Esthi Maharani/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Melambatnya perekonomian Cina pada kuartal II-2013 dengan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 7,5 persen dinilai menjadi sentimen negatif dan memberikan tekanan pada pertumbuhan negara lain, termasuk Indonesia.

Staf khusus presiden bidang ekonomi, Firmanzah mengatakan tekanan itu tak terhindarkan sebab Cina menjadi mitra dagang utama Indonesia baik ekspor maupun impor. “Maka, kinerja perdagangan bilateral Indonesia pun mengalami tekanan,” katanya, Senin (22/7).

Menurut Firmanzah, pemerintah terus mengintensifkan sejumlah kebijakan khususnya mengurangi efek tekanan perlambatan Cina. Caranya dengan mempertahankan daya beli masyarakat. Selain itu, dari sisi belanja pemerintah seperti belanja modal, barang, dan pegawai, dianggap perlu terus didorong untuk menahan tekanan ekonomi pasca perlambatan Cina.

Sesuai data Kementeriaan Keuangan hingga semester I 2013, realisasi belanja pemerintah pusat tercatat Rp 421,1 triliun atau 35,2 persen dari pagu Rp 1.196,8 triliun. Realisasi ini meliputi belanja pegawai Rp 106,9 triliun (45,9 persen pagu Rp 233 triliun), belanja barang Rp 45,1 triliun (22,2 persen pagu Rp 202,6 triliun) dan belanja modal Rp 34 triliun (18,1 persen pagu Rp 188,3 triliun). 

“Percepatan serapan belanja modal pada semester 2-2013 akan diperuntukkan untuk pembangunan infrastruktur untuk mendorong sekaligus menarik tumbuhnya sektor-sektor lain seperti semen, besi, baja, konstruksi dan pembiayaan,” paparnya.

Ia juga mengklaim pemerintah, lewat Kementerian Keuangan akan terus melakukan sejumlah upaya untuk mendorong percepatan dan peningkatan serapan belanja modal yang membutuhkan penyederhanaan prosedur pencairan anggaran. “Dengan upaya ini, antisipasi dan mitigasi risiko lebih dalam pasca sejumlah sinyal negative seperti kebijakan The Fed, perlambatan Cina, atau ancaman lonjakan inflasi paska kenaikan BBM, akan dapat diatasi dengan optimal dengan tetap menjaga pertumbuhan yang positif dan stabil,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement