REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daging sapi impor asal Selandia Baru lebih banyak diminati pengunjung Pasar Murah Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang diselenggarakan selama bulan Ramadhan tahun ini. Staf Asosiasi Pengusaha Protein Hewani Indonesia (APPHI) Devina di Jakarta Jumat (19/7) mengatakan pihak APPHI menjual sekitar 100 kilogram daging impor dan 50 kilogram daging lokal per hari.
Harga yang ditawarkan untuk paha depan daging lokal Rp 70 ribu per kg dan paha belakang impor Rp 75 ribu per kg. "Daging impor lebih laku ketimbang daging lokal,karena menurut pembeli daging lokal banyak lemaknya, maka dari itu pasokan daging impor lebih banyak," ujar Devina.
Devina mengatakan, daging beku yang dijual APPHI merupakan daging impor dari Selandia Baru. Sementara, untuk daging lokal diproduksi sendiri oleh pihak perusahaan. "Saya sudah dua kali beli daging di sini dan lebih suka beli daging impor soalnya lebih bagus," ujar pembeli di Pasar Murah Kemendag, Lodo Vikus.
Sebelumnya pengunjung Pasar Murah Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengeluhkan kualitas daging sapi lokal yang dijual APPHI sehingga lebih memilih untuk membeli daging impor. "Saya beli daging lokal tapi mau minta tukar dengan yang impor, karena yang lokal banyak lemaknya. Kita kan kesini buat beli daging bukan beli lemak," kata seorang pembeli, Wela kepada Antara, Jumat (19/7).
Sementara itu pihak APPHI menolak permintaan Wela dan beberapa pengunjung lainnya untuk menukar daging yang sudah dibeli, sehingga mengakibatkan proses pembelian terhambat. Wela mengaku sudah pernah membeli daging lokal sebelumnya di Pasar Murah Kemendag dengan kualitas yang baik. Tetapi saat ini ia kecewa dengan kualitas daging lokal yang dibelinya.