REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Standard & Poor's (S&P) pada Selasa (16/7) mempertahankan peringkat kreditnya untuk Mesir yang tengah dilanda krisis politik. Langkah S&P ini diambil setelah negara-negara Teluk menjanjikan bantuan miliaran dolar AS untuk mendukung pemerintah pascakudeta di Kairo.
Sepuluh minggu setelah pemangkasan peringkat utang Kairo ke tingkat CCC+, S&P mengatakan akan mempertahankan peringkatnya di sana, dengan prospek stabil, meskipun terjadi kudeta militer pada 3 Juli yang menggulingkan pemerintahan terpilih Presiden Muhammad Mursi. Meskipun pembicaraan tentang pinjaman talangan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) telah dibekukan, S&P mengatakan janji bantuan sebesar 12 miliar dolar AS dari Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab sebagian dapat mengatasi risiko tambahan dari gejolak baru.
"Pinjaman negara Teluk, termasuk 3,7 miliar dolar AS dari Qatar, mengurangi kemungkinan bahwa Mesir akan menghadapi krisis neraca pembayaran," kata S&P.
Meski begitu, S&P mengatakan, kemampuan negara untuk membayar kreditor asing dan menstabilkan keuangannya tetap rentan, terutama karena Mesir sangat bergantung pada impor pangan dan minyak, dan mempertahankan subsidi dalam negeri yang mahal untuk komoditas-komoditas utama. "Kemampuan Kairo untuk terus mengumpulkan uang dari luar negeri tetap rentan dan bergantung pada perkembangan yang menguntungkan mengenai dukungan donor," kata S&P.
"Kami dapat menurunkan peringkat jika kami menyimpulkan bahwa pemerintah Mesir tidak dapat mencegah penurunan signifikan lebih lanjut dalam indikator-indikator eksternal, fiskal, atau moneter," tambah S&P.