Selasa 16 Jul 2013 19:15 WIB

Ekonom: Kelas Menengah Ikut Kerek Harga Sembako

Seorang pembeli mengambil sebungkus minyak curah yang dijual di pasar. Minyak, salah satu item sembako, juga mengalami kenaikan harga setelah pemerintah memangkas subsidi BBM.
Foto: ANTARA
Seorang pembeli mengambil sebungkus minyak curah yang dijual di pasar. Minyak, salah satu item sembako, juga mengalami kenaikan harga setelah pemerintah memangkas subsidi BBM.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ekonom FE Univ Sultan Ageng Tirtayasa Dahnil Anzar Simanjuntak menilai pola konsumsi masyarakat kelas menengah yang mampu turut memicu melonjaknya harga bahan-bahan kebutuhan pokok pada Ramadhan 1434 H ini.

''Sejatinya, puasa mengurangi konsumsi,  fakta yang terjadi sebaliknya, masyarakat justru meningkat kan konsumsi," ujar Dahnil kepada ROL, Selasa (16/7). Menurut dia, peningkatan konsumsi,  khususnya kelas menengah yang mampu secara ekonomi telah memicu kenaikan  harga bahan-bahan pokok di pasar.

Akibatnya, kata dia, permintaan menjadi sangat tinggi, sedangkan supply terbatas. Kenyataan itu turut dimanfaatkan para pedagang untuk menaikkan harga. "Korbannya tentu masyarakat yang tidak mampu yang berdaya beli rendah.''

Dahnil menegaskan perilaku konsumsi berlebihan kelas menengah ini secara tidak langsung juga merampas daya beli orang orang yang tidak mampu.

''Maka perlu diimbau kepada masyarakat kelas menengah yang mampu untuk memaknai dengan baik makna puasa yakni menahan diri dan berempati terhadap lingkungan sosial khususnya mereka yang miskin,'' papar dia.

Mengurangi konsumsi saat Ramadhan dan tidak berlebihan, kata Dahnil,  berkontribusi untuk menstabilkan harga, sebaliknya konsumsi berlebihan akan mengerek harga-harga naik, dan mengorbankan mereka yang memiliki data beli lemah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement