Kamis 11 Jul 2013 16:50 WIB

Cadangan Devisa RI Tersisa 98,1 Miliar Dolar

Rep: Nur Aini/ Red: Dewi Mardiani
Nilai Tukar Rupiah
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Nilai Tukar Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melemahnya nilai tukar rupiah hingga tembus lebih dari Rp10 ribu per dolar AS membuat cadangan devisa terus merosot. Hingga akhir Juni 2013, Bank Indonesia mencatat cadangan devisa anjlok di bawah 100 miliar dolar AS ke level 98,1 miliar dolar AS.

Cadangan devisa tersebut hanya cukup untuk 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Meski demikian, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi A Johansyah, mengatakan nilai cadangan devisa ini masih di atas standar kecukupan internasional.

Dalam keterangan tertulis BI, Kamis (11/7), nilai tukar rupiah pada triwulan II/2013 mengalami pelemahan. Secara point to point, nilai tukar rupiah melemah sebesar 2,09 persen menjadi Rp 9.925 per dolar AS, atau secara rata-rata melemah 1,03 persen menjadi Rp 9.781 per dolar AS.

"Seperti halnya pelemahan mata uang negara-negara di kawasan Asia, depresiasi nilai tukar rupiah terutama dipengaruhi penyesuaian kepemilikan non-residen di aset keuangan domestik dipicu sentimen terkait pengurangan (tapering off) stimulus moneter oleh the Fed," ungkap Difi.

Perkembangan tersebut, menurut Difi, mengakibatkan pelemahan rupiah sejalan dengan tren pergerakan mata uang negara-negara di kawasan Asia. "Bank Indonesia memandang bahwa perkembangan nilai tukar pada saat ini menggambarkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia," ujarnya.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 diperkirakan BI pada kisaran 5,8 persen-6,2 persen, lebih rendah dari prakiraan sebelumnya 6,2 persen - 6,6 persen. Konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan juga sedikit tertahan.

Hal itu merupakan dampak menurunnya daya beli akibat belum kuatnya permintaan ekspor dan setelah kenaikan harga BBM bersubsidi. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan kembali meningkat pada triwulan IV-2013 dan berlanjut 2014 yang diprakirakan pada kisaran 6,4 persen-6,8 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement