Rabu 26 Jun 2013 16:17 WIB

RNI Masih Incar Izin Impor Daging

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Daging Sapi Impor
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Daging Sapi Impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjuangan PT Rajawali Nusantara Indonesia Persero (RNI) untuk mendapatkan izin sebagai importir daging belum berakhir. Direktur Utama RNI, Ismed Hasan Putro menyatakan pihaknya masih berharap diberikan peluang untuk membantu menstabillkan harga daging. "RNI masih berharap dan ini bukan untuk kepentingan bisnis saja," ujarnya ditemui saat peluncuran produk daging kemasan bermerek 'Raja Daging' di Jakarta, Rabu (26/6).

Ismed mengatakan pihaknya sangat siap apabila diberi amat untuk menstabilkan harga. Namun keputusan penugasan ada pada pemerintah. Jatah impor sapi yang diminta RNI yaitu 40 ribu ton sapi pedet, 20 ribu ekor sapi betina produktif dan 35 ribu ekor sapi siap potong.

Sejauh ini menurutnya pemerintah belum menerapkan kebijakan yang konkrit serta langkah yang faktual sebagai upaya penurunan harga. Hal ini dilihat dari harga daging yang masih tinggi selama 10 bulan terakhir. Langkah yang diambil pemerintah sejauh ini masih sebatas wacana. Perum Bulog sebagai pihak yang ditugasi menjadi stabilisator pun belum terlihat pergerakannya.  "Sampai hari ini Bulog yang ditugaskan untuk impor daging belum ada tanda-tandanya," ujar Ismed dalam sambutannya.

Sejak awal Juli 2012, RNI telah mengembangkan sapi terintegrasi yang dikenal dengan Program Sapi Tebu (Sate), Program Sapi Sawit (Sasa), Program Sapi Teh, Program Kemitraan dan Program Sarjana Masuk Desa (SMD). Total investasi yang digelontorkan untuk usaha peternakan sapi dari hulu ke hilir sebanyak Rp 120 miliar per tahun. Lima lokasi dipilih untuk  yaitu Majalengka, Subang, Palembang, Lombok, dan Nusa Tenggara Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement