REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsultan properti internasional Jones Lang LaSalle menyebutkan, Investor Korea Selatan (Korsel) sangat gencar mengincar properti global terutama di kawasan Asia-Pasifik yang juga mencakup Indonesia.
"Terdapat pertumbuhan yang kuat dari warga Korea dalam aktivitas pencarian properti di sepanjang Asia Pasifik," kata Kepala Permodalan Internasional Asia-Pasifik Jones Lang La Salle, Alistair Meadows dalam rilis yang diterima di Jakarta, Selasa (25/6).
Ia memaparkan, laporan terbaru menunjukkan bahwa investor Korsel telah membeli hingga properti komersial hingga lebih dari 5 miliar dolar AS pada separuh awal tahun 2013 ini. Angka tersebut, menunjukkan peningkatan sebesar 900 persen dari nilai investasi properti yang diraup investor Korsel pada separuh awal tahun 2012 yang hanya sekitar 500 juta dolar AS.
Jones Lang LaSalle menungkapkan bahwa lonjakan pertumbuhan itu karena pesatnya peningkatan investasi properti di luar negeri yang dilakukan warga Korsel. Perusahaan konsultan properti internasional itu juga memperkirakan bahwa investasi yang akan dibeli Korsel bisa mencapai 10 miliar dolar AS pada 2013 ini.
Transaksi yang dilakukan warga Korsel tersebut, ujar dia, sangat beragam jenis dan lokasinya bisa dari pusat pertokoan di Australia hingga perkantoran di Chicago. "(Investasi Korsel) khususnya di kota-kota besar di China dan Australia," katanya.
Ia memaparkan, investasi di luar batas negara Korsel itu tampaknya merupakan kecenderungan yang konsisten selama lima tahun terakhir, dan pada 2013 ini meningkat antara lain dari aliran modal dari dana pensiun dan asuransi. Ia berpendapat bahwa ketidakpastian dalam keadaan ekonomi dan politik seperti ketegangan dengan Korea Utara dan penerapan kebijakan moneter Jepang juga menambah ketertarikan terhadap investasi di luar negeri bagi warga Korsel.
Perekonomian Korsel tumbuh tercepat untuk satu tahun pada kuartal pertama 2013, tapi sedikit lebih lambat dari perkiraan awal Bank sentral Korea. Data dari Bank Sentral Korea Selatan yang dikeluarkan 7 juni lalu menyebutkan bahwa negara dengan tingkat ekonomi terbesar keempat di Asia itu menyebutkan bahwa pertumbuhan kuartal ke kuartal pada periode Januari-Maret 2013 adalah 0,8 persen, sedikit di bawah estimasi bank sentral sebesar 0,9 persen. Angka itu menunjukkan masih terjadi peningkatan nyata dari pertumbuhan 0,3 persen yang tercatat pada kuartal keempat 2012.