REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menjadwalkan perundingan dengan konsorsium investor Jepang yang tergabung dalam Nippon Asahan Alumunium Co. Ltd (NAA) terkait pengambilalihan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) pada 3 Juli mendatang. Perundingan dimaksudkan untuk membahas nilai penjualan perusahaan yang akan diambilalih per 31 Oktober 2013.
"Nanti 3 Juli akan dibahas," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa seusai memimpin rapat koordinasi terkait pengambilalihan Inalum di kantornya, Senin (24/6). Rapat turut dihadiri oleh Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri Keuangan Chatib Basri dan Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak.
Terkait rapat tersebut, Hatta menjelaskan pembahasan mengarah pada perkembangan dan persiapan negosiasi. Intinya, dari pembicaraan dengan NAA terlihat adanya kesepakatan untuk mengalihkan Inalum pada Oktober kepada Indonesia. Pemerintah telah mempersiapkan itu dengan matang.Kemudian, Hatta mengatakan pemerintah akan mengembangkan Inalum menjadi daerah industri berbasis bauksit. "Sehingga bauksit itu akan kita olah lewat smelter di situ dan kapasitasnya akan ditingkatkan. Dan tentu akan dikelola oleh BUMN kita," kata Hatta.
Hatta menyebut dana Rp 7 triliun telah tersedia untuk menuntaskan kewajiban pemerintah untuk sisa aset yang ada. "Adapun perbedaan nilai akan diselesaikan dan dibicarakan 3 Juni nanti. Intinya semua on track," ujar Hatta.
Indonesia berniat mengusai seluruh aset yang dimiliki oleh Inalum. Inalum merupakan kontrak kerja sama antara Indonesia dan investor Jepang NAA. Kontrak tersebut akan berakhir pada 31 Oktober 2013. Saat ini 58,8 persen saham Inalum masih dimiliki Jepang, sedangkan Indonesia menguasai 42 persen.
Setelah dikuasai penuh, diharapkan Inalum bisa melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) untuk mendapatkan dana guna peningkatan kapasitas produksi alumina. Hal tersebut disebabkan setelah dikuasai pemerintah, Indonesia menargetkan peningkatan kapasitas produksi alumina dari 320 ribu- 455 ribu ton per tahun.
Inalum terdiri atas pabrik Peleburan Aluminium (PPA) atau smelter dengan kapasitas 225 ribu ton per tahun dan PLTA Asahan II dengan kapasitas 604 megaVolt (MV). Saat ini kapasitas produksi PT Inalum sebesar 250 ton aluminium ingot per tahun. Sebanyak 60 persen diekspor ke Jepang dan 40 persen dipasarkan di dalam negeri.