REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga bawang kembali turun dalam dua pekan terakhir. Penyebab turunnya harga diperkirakan karena pasokan yang berlimpah sementara kualitasnya rendah karena iklim basah. "Di banyak daerah bawang sedang panen," ujar Ketua Umum Dewan Bawang Merah Nasional (Debanas), Sunarto, Ahad (16/6).
Sentra produksi bawang yang mengalami panen antara lain Bima, Probolinggo dan Nusa Tenggara Barat. Sedangkan di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah panen bawang tertunda karena kondisi cuaca. Bawang yang semua dihargai Rp 17 ribu per kilogram (kg), kini menurun mencapai Rp 11 ribu per kg.
Namun harga bawang diperkirakan membaik jelang Lebaran. Sunarto bahkan memprediksi kenaikan harga mencapai Rp 20 ribu per kg. Produksi bawang pun diperkirakan stabil hingga akhir tahun. "Tidak mungkin lebih dari 20 ribu per kg," ujarnya.
Dengan pasokan yang melimpah, Debanas menyatakan pemerintah tidak perlu membuka keran impor bawang. Apalagi bawang impor yang masuk pada semester pertama belum seluruhnya terserap pasar.
Sekjen Dewan Bawang Merah Nasional, Mudatsir menambahkan musim penghujan juga rentan membuat bawang rentan ganguan organisme penggangu tanaman (OPT). Namun kendala ini masih bisa ditangai petani karena kondisi yang tidak jauh berbeda di tahun sebelumnya. "Pasti ada gangguan penurunan produksi. Barangkali turun sampai 10 persen," ujarnya.
Secara umum pasokan bawang relatif aman menjelang Lebaran. Berdasarkan pengalaman, permintaan bawang akan meningkat hingga 10 persen.
Direktur Pemasaran Hasil Pertanian Kementrian Pertanian (Kementan) Haryono menyatakan RIPH telah selesai diproses seluruhnya oleh Kementan. Importir dipersilakan melakukan proses lanjutan di Kementerian Perdagangan (Kemendag) agar dapat segera memasukkan bawang impor.