REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bakrie Telecom Tbk selama triwulan I (Q1) 2013 membukukan laba usaha senilai Rp 50 miliar yang menunjukkan pertumbuhan perusahaan yang lebih cepat dan sehat. "Ini memberikan nilai lebih bagi pelanggan, karyawan dan pemegang saham pada awal 2013," kata Direktur Utama Bakrie Telecom, Jastiro Abi dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (12/6).
Abi menyebutkan setelah melunasi utang obligasi senilai Rp 650 miliar, perusahaan akan terus melakukan penguatan organisasi dan SDM dari level manajemen sampai ke tingkatan paling bawah dibarengi dengan program pelatihan untuk meningkatkan kualitas layanan dan kemampuan inovasi setiap karyawan.
"Brand Esia sangat kuat dan unik karena lima faktor utama yaitu kualitas, kemudahan, keterjangkauan, pengalaman unik pelanggan dan inovasi teknologi. Kami akan terus fokus mengembalikan dan menguatkan brand Esia di semua layanan dan produk baru kami," terang Abi.
Ia menilai program revitalisasi yang dicanangkan Bakrie Telecom pada pertengahan 2012 menunjukkan hasil positif, khususnya setelah perusahaan mengintegrasikan semua produk dan layanan di bawah satu brand Esia dan menghilangkan variasi harga antara beragam layanan. "Di tengah menurunnya kinerja industri telekomunikasi karena persaingan ketat dan kejenuhan pasar, kami menjadi satu-satunya operator CDMA di Indonesia yang membukukan pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan dan amortisasi (EBITDA) positif," papar Abi.
Walaupun total pendapatan perusahaan menurun tipis dari sekitar Rp 3,20 triliun menjadi sekitar Rp 2,97 triliun yang disebabkan oleh menurunnya pendapatan dari segmen voice, pendapatan Bakrie Telecom dari segmen data justru meningkat lebih dari dua kali lipat atau 147 persen menjadi Rp 253 miliar pada akhir tahun 2012 dari Rp 102 miliar pada tahun 2011.
Lonjakan pendapatan dari segmen data tersebut sejalan dengan peningkatan total pelanggan evolution-data optimized (EVDO) Bakrie Telecom yang naik menjadi 606 ribu di akhir tahun 2012 atau tumbuh 99,3 persen dibanding tahun 2011 yang masih sekitar 304 ribu. Selain itu, per akhir 2012, Bakrie Telecom berhasil mencatatkan kenaikan average revenue per user (ARPU) blended hingga Rp 21 ribu atau meningkat lima persen dibandingkan Rp 20 ribu di periode tahun 2011.
Menurut Abi, hasil langkah penyehatan keuangan perusahaan juga tercermin dari penurunan beban pemasaran hingga 35 persen menjadi sebesar Rp 302 miliar dibandingkan 2011 yang mencapai Rp 468 miliar.