Ahad 09 Jun 2013 16:47 WIB

Pasokan Gas Tersendat, Pupuk Kujang Terancam Berhenti Produksi

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Nidia Zuraya
Pabrik pupuk, ilustrasi
Pabrik pupuk, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pasokan gas untuk kebutuhan pembuatan pupuk mengalami ketersendatan. Pasalnya, ada kendala yang melanda produsen gas, PT Pertamina Hulu Energy (PHE) yang berada di sekitaran Cirebon. Akibat kondisi itu, pabrik pupuk PT Pupuk Kujang Cikampek, dalam tiga bulan kedepan terancam berhenti produksi.

Direktur Utama PT Pupuk Kujang Cikampek, Bambang Tjahjono, mengatakan, selama lima bulan terakhir, produksi pupuk cukup baik. Namun, memasuki bulan ke enam ada yang perlu diwaspadai. Salah satunya, ancaman terhentinya produksi pupuk pada Agustus, September dan Oktober. Kondisi itu, dikarekanan ancaman shorted gas dari Pertamina.

"Itu baru ancaman, mudah-mudahan tak terjadi," ujarnya, kepada ROL, Ahad (9/6).

Saat ini, ada sejumlah usulan guna mengantisipasi hal itu. Seperti, jumpering pipa atau rekayasa pipa jalur gas. Dengan kata lain, Kujang akan mengusulkan supaya ada pembuatan pipa dari titik yang diperbaiki, langsung ke pabrik Kujang. Supaya, gas untuk kebutuhan pupuk itu tetap bisa mengalir.

Akan tetapi, jika usulan itu tak memungkinkan, maka ancaman pabrik akan berhenti produksi bisa terealisasi. Saat ini, Kujang memiliki dua pabrik yang secara kontinyu memroduksi pupuk. Bila shorted gas itu terjadi, maka salah satu dari dua pabrik itu akan diberhentikan. Dengan begitu, Kujang akan kehilangan 50-60 ribu ton pupuk. Terutama, urea. "Ini dinamika yang harus kita jalani," ujarnya.

Meski demikian, pasokan pupuk terutama pupuk bersubsidi harus tetap jalan. Dengan kata lain, bila pasokan gas itu bermasalah, maka Kujang akan prioritaskan untuk memroduksi pupuk bersubsidi untuk petani. Justru, yang akan diberhentikan itu produksi pupuk nonsubsidi.

Sampai 6 Juni kemarin, lanjut Bambang, stok pupuk masih surplus. Jumlah pupuk urea totalnya 85.700 ton. Stok yang berada di pabrik, sebanyak 31.400 ton. Sedangkan yang sudah ada di gudang lini tiga, sebanyak 54.300 ton.

Kebutuhan pupuk di Jabar untuk Juni saja, sekitar 43.800 ton. Jadi, masih ada surplus pupuk sampai 41.900 ton. Kondisi itu, dipastikan akan cukup aman, bila kasus shorted gas terjadi. Meski begitu, perusahaan BUMN ini tetap mewaspadai dampak dari seretnya pasokan gas ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement