Selasa 04 Jun 2013 10:48 WIB

AS Bidik Industri Otomotif Iran

Barack Obama
Foto: AP
Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, Senin (3/6) waktu setempat, memperluas sanksi terhadap Iran dengan membidik  industri otomotifnya, dengan tujuan mengucilkan Iran karena program nuklirnya.

Presiden Barack Obama menyetujui perintah baru eksekutif guna mengizinkan diperketatnya sanksi atas Iran dalam upaya pemerintahnya, yang terus berlangsung, untuk memaksa Negara Persia itu menghentikan kegiatan pengayaan uraniumnya.

Kantor berita Xinhua melaporkan, Selasa (4/6), penjualan barang atau jasa bagi pembuatan atau perakitan di Iran bagi kendaraan ringan dan berat, termasuk mobil penumpang, truk, bus, busmini, truk bak terbuka dan sepeda motor, juga menjadi sasaran sanksi baru AS.

"Semua langkah itu yang dilancarkan hari ini adalah bagian dari komitmen Presiden Obama guna mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, dengan meningkatkan tebusan atas pembangkangan Iran terhadap 'masyarakat internasional'," kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney di dalam satu pernyataan.

"Sasaran nya ialah untuk membidik rial Iran dan membuatnya menjadi mata uang yang tak bisa digunakan ...," kata pejabat AS yang tak ingin disebutkan jatidirinya dan dikutip oleh kantor berita Reuters.

"Bahkan saat kami meningkatkan tekanan kami atas Pemerintah Iran, kami tetap membuka pintu bagi penyelesaian diplomatik yang memungkinkan Iran bergabung kembali dengan masyarakat semua bangsa jika mereka memenuhi kewajiban mereka," tambah pejabat AS tersebut.

Iran berkeras mengenai sifat damai program nuklirnya, sementara Barat menganggap itu adalah kedok bagi pembuatan senjata nuklir. AS dan negara lain Barat telah menjatuhkan serangkaian sanksi ekonomi dengan tujuan menekan Iran agar menghentikan apa yang mereka katakan sebagai upaya untuk membuat senjata nuklir.

Sanksi yang dijatuhkan oleh AS dan Uni Eropa telah memangkas hingga separuh eksport minyak Iran tahun lalu, sehingga Pemerintah Teheran kehilangan pemasukan miliaran dolar AS, dan menambah inflasi yang sudah tinggi serta memukul nilai tukar rial Iran.

Sanksi tersebut telah melukai ekonomi Iran, tapi nyaris tak ada bukti Iran telah memperlambat program nuklinya sebelah pemilihan presiden di Iran pekan ini. Banyak pengamat menyatakan sanksi atas industri otomotif, yang biasanya mempekerjakan paling banyak orang setelah sektor minyak dan gas, juga menimbulkan kekhawatiran bahwa rakyat biasa Iran lah yang akan paling menderita.

Pekan sebelumnya, AS memasukkan delapan perusahaan di industri petrokimia Iran ke dalam daftar hitam, dan pembatasan lebih lanjut akan berlaku pada 1 Juli. Yang paling belakangan menjadi sasaran adalah infustri perkapalan dan pembuatan kapal sera larangan pengiriman emas atau logam mulia lain kepada warganegara dan lembaga Iran.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement