REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Total aset Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank Tabungan Negara (BTN) mencapai lebih dari Rp 9 triliun. Sekitar 85 persen dari portofolio BTN Syariah berada di sektor perumahan.
Managing Director BTN, Irman A Zahirudin mengatakan hingga Maret 2013, pertumbuhan bisnis BTN Syariah meningkat lebih dari 30 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Untuk terus menunjang bisnisnya, BTN akan meluncurkan layanan baru Prioritas untuk nasabah pada 2014.
Salah satu kriteria untuk dapat menjadi nasabah prioritas adalah memiliki simpanan lebih dari Rp 250 juta. Saat ini total nasabah syariah yang memiliki simpanan di atas Rp 250 juta ada lebih dari 1.000 nasabah. "Itu jadi potensi untuk melahirkan program prioritas," ujar Irman dalam siaran persnya belum lama ini. Sementara itu, untuk nasabah BTN Prioritas konvensional sudah hampir mencapai 4.000 orang.
Tak hanya itu, BTN juga berencana melakukan spin off atau pemisahan dari induk perusahaan BTN. Hal itu akan dilakukan jika sumber daya manusia (SDM) dan kompetensi organisasi sudah siap. "Spin off akan dilakukan, tetapi tidak tahun ini," kata Irman.
Untuk konvensional, BTN belum akan menaikkan suku bunga, baik tabungan ataupun pinjaman sebagai antisipasi melonjaknya inflasi akibat kenaikan harga BBM Bersubsidi. "Kalau BI rate naik sebagai respon dari kenaikan BBM, maka mau tidak mau kita akan naikkan suku bunga tabungan," ucapnya.
Irman menyebut jika BI rate naik sebagai respon dari kenaikan harga BBM, maka pemilik dana di perbankan pasti meminta bank menaikkan suku bunga tabungannya. "Kalau bunga tabungan naik, maka bunga pinjaman juga akan naik. Namun selama BI rate belum naik, kita tidak akan menaikkannya," ujarnya.
Irman memprediksi BI rate tidak akan naik terlalu tinggi dari posisi sekarang 5,75 persen sehingga suku bunga tidak akan naik signifikan. "Kalau naik pasti tidak banyak sehingga tidak akan berdampak besar terhadap kenaikan suku bunga bank" kata Irman.