REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Industri keuangan syariah global tumbuh sekitar 15 persen pertahun. Atas kinerja positif ini, industri keuangan syariah diproyeksi dapat segera mengelola empat persen dari aset perekonomian dunia.
Gubernur Bank Sentral Qatar dan Ketua Islamic Financial Services Board (IFSB), Sheikh Abdulla Saoud Al-Thani mengatakan selama 10 tahun terakhir, pertumbuhan keuangan syariah terus berlanjut meski menghadapi beberapa tantangan di tengah krisis keuangan global yang sedang berlangsung. "Lembaga keuangan syariah kini beroperasi di lebih dari 75 negara dan memiliki total aset lebih dari satu triliun dolar," ujarnya seperti dikutip dari Business Times, Jumat (17/5).
IFSB, kata Al-Thani akan terus menciptakan standardisasi guna membantu lembaga keuangan syariah. Namun perbedaan yurisdiksi di setiap negara menjadi tantangan tersendiri dalam penerapan standard yang diciptakan.
Menurutnya lembaga keuangan syariah perlu mengurangi biaya keuangan. "Biaya penerbitan sukuk bisa sebanyak 60 persen lebih tinggi daripada obligasi konvensional. Ini dapat berdampak negatif pada pertumbuhan sukuk," ucap Al-Thani. Hal tersebut tak pelak kembali membawa permasalahan standardisasi dan perdebatan terkait berapa banyak standardisasi yang diperlukan.
Sekretaris Jenderal IFSB Jaseem Ahmed mengatakan survei dan hasil penelitian IFSB menunjukkan praktik-praktik pengawasan nasional, yang didukung standar IFSB telah membuat kemajuan signifikan dalam mencerminkan karakteristik risiko keuangan syariah. "Tapi masih ada banyak tantangan, termasuk penyelesaian progresif sistem pengawasan dan infrastruktur pendukung keuangan yang sepenuhnya mencerminkan aspek lintas sektoral keuangan syariah," kata Ahmed.
Keuangan syariah membutuhkan tambahan infrastruktur pengelolaan likuiditas sistemik yang dapat membantu memperkuat risiko kemampuan manajemen di tingkat lembaga keuangan serta ekonomi makro.
Presiden Islamic Development Bank (IDB) Group, Ahmad Mohamed Ali Al-Madani mengatakan dalam pengalaman mengatasi krisis keuangan, ada arsitektur baru untuk membantu meminimalkan frekuensi dan tingkat keparahan krisis tersebut di masa depan. "Industri jasa keuangan syariah mampu memberikan parameter luas seperti arsitektur," katanya.
Dia berujar biar bagaimanapun industri keuangan syariah mampu berkontribusi dalam meminimalkan frekuensi dan tingkat keparahan krisis keuangan. Sistem ini juga dapat membantu negara-negara berkembang mencapai tingkat pertumbuhan inklusif ekonomi cukup tinggi. Keuangan syariah tidak hanya kebal terhadap ekspansi moneter berlebihan tetapi juga menyediakan solusi nyata masalah krusial seperti kemiskinan dan pengangguran.