Selasa 23 Apr 2013 11:49 WIB

Sistem Transportasi Asia Mengarah '3 Zeros'

Kemacetan di Jakarta merupakan salah satu bentuk buruknya sistem transportasi di Ibukota Negara (ilustrasi).
Foto: Antara/Wahyu Putro
Kemacetan di Jakarta merupakan salah satu bentuk buruknya sistem transportasi di Ibukota Negara (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Sistem transportasi di negara-negara Asia pada masa mendatang mengarah pada pola '3 Zeros', yaitu tidak memberikan toleransi pada kemacetan, polusi, dan kecelakaan lalu lintas.

"Untuk mewujudkan tujuan itu sangatlah penting bagi kita untuk menjalin kerja sama lebih erat antarnegara dalam memajukan visi bersama, berbagi keahlian, dan pengalaman ," kata Menteri Perhubungan EE Mangindaan saat membuka Pertemuan Regional Ke-7 Forum Transportasi Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan di Asia dan Konsultasi Global Pasca-Agenda Pembangunan Tahun 2015 di Nusa Dua, Bali, Selasa (23/4).

Mangindaan mengajak para delegasi perwakilan dari 24 negara di Asia dan organisasi internasional untuk mengimplementasikan kebijakan dan program pendorong transportasi yang sesuai untuk melindungi warga negara, lingkungan, dan kekayaan alam tanpa kehilangan keberlanjutan sosial ekonomi.

Senada dengan Mangindaan, Direktur Pusat Pembangunan Regional PBB (UNCRD) Chikako Takase mengatakan bahwa negara-negara di kawasan Asia telah mengalami pembangunan sosial dan ekonomi yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, sektor transportasi sebagai salah satu faktor pendukung utama dalam pembangunan ikut terdongkrak dengan pesatnya perkembangan pembangunan itu.

Akibatnya, lanjut Takase, banyak tantangan dalam hal kerusakan lingkungan sebagai akibat dari kemajuan yang sangat pesat dan dalam mewujudkan sistem transportasi yang aman, nyaman, ramah lingkungan dan terjangkau. Tantangan tersebut di antaranya banyaknya korban jiwa yang timbul akibat kecelakaan lalu lintas yang dihadapi negara berkembang di kawasan Asia.

"Jumlah kematian akibat kecelakaan di jalan raya tercatat 1,2 juta korban dan jutaan lainnya mengalami luka serius di dunia per tahun. Dari jumlah itu 60 persennya terjadi di Asia meskipun total kepemilikan kendaraan di kawasan tersebut rata-rata hanya 16 persen secara global," papar Takase.

Kerugian materi akibat tingginya angka kecelakaan di Asia juga diperkirakan berjumlah sekitar dua hingga lima persen dari total produksi domestik bruto di negara-negara Asia. Angkutan barang juga merupakan salah satu kontributor polusi utama bagi lingkungan dan sosial seiring pesatnya perkembangan industri angkutan barang yang tercatat sebanyak 35 persen menggunakan energi transportasi dunia.

"Dengan latar belakang itu, kami memikirkan sistem transportasi masa depan yang kami inginkan untuk abad 21 ini," kata Takase.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement