REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, mengatakan negosiasi terkait pengambil alihan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) masih berlangsung. Terdapat sejumlah perbedaan, khususnya terkait hasil audit yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terhadap nilai buku Inalum.
"Ini yang harus diverifikasi," tutur Hatta, kemarin. Hatta enggan mengungkapkan nilai akuisisi Inalum. Namun, disebutkan, nilainya tidak akan melebihi Rp 7 triliun yang telah dianggarkan oleh negara. "Niat kita tetap Oktober nanti Inalum beralih ke Indonesia," kata Hatta.
Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo mengatakan secara resmi pemerintah akan mengambil alih Inalum pada Oktober 2013. "Persiapannya sudah dilakukan dengan baik," tutur Agus.
Agus menyebut di dalam APBN 2013, pemerintah telah menganggarkan dana senilai Rp 7 triliun. Rinciannya sebesar Rp 2 triliun pada tahun anggaran 2012 dan Rp 5 triliun pada 2013. Namun, dia mengakui ada sejumlah hal yang perlu diselesaikan antara Indonesia dan Jepang. "Itu nanti menteri perindustrian (MS Hidayat) akan menyampaikannya langsung kepada tim Jepang."
Sebagai gambaran Inalum merupakan kontrak kerja sama antara Indonesia dan investor Jepang, Nippon Asahan Alumina (NAA). Kontrak tersebut akan berakhir pada 31 Oktober 2013. Saat ini 58,8 persen saham Inalum masih dimiliki Jepang, sedangkan Indonesia menguasai 42 persen.