REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia membutuhkan kerja ekstra jika ingin menyamakan market share (pangsa pasar) perbankan syariah Malaysia. Waktu yang dibutuhkan pun tidak sebentar mengingat kesenjangan market share yang begitu jauh.
Market share Indonesia saat ini 4,69 persen, sedangkan Malaysia 23 persen. Global Head of Islamic Banking, Consumer Banking & CEO Standard Chartered Shaadiq, Malayia, Wasim Akhtar Saifi, mengatakan market share yang dicapai perbankan syariah Malaysia bukanlah tanpa usaha. "Perbankan syariah Malaysia butuh waktu 20 hingga 30 tahun sehingga mencapai kondisi seperti sekarang," ujarnya di acara Islamic Finance News (IFN) Forum Indonesia di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (16/4).
Namun, kata Saifi, bukan hal mustahil jika perbankan syariah Indonesia bisa meningkatkan market share-nya hingga 20 persen. Menurutnya, perbankan syariah Indonesia, bisa melakukan upaya lain mendukung percepatan peningkatan market share. "Indonesia bisa mencontoh produk syariah negara lain seperti Malaysia atau negara-negara di Timur Tengah," ucapnya.
Menurutnya ada beberapa faktor yang mendukung pertumbuhan perkembangan syariah, diantaranya regulasi, edukasi kepada masyarakat dan produk inovatif. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbanyak sekitar 180 juta orang, sudah semestinya market share Indonesia dapat tumbuh. "Potensi sudah ada, ini harus terus digali," kata Saifi.