REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Market & Strategic Analyst Gold dari PT Monex Investindo Futures Fachmi Jaidi menyebutkan turunnya harga emas disebabkan oleh adanya peralihan dana dari emas ke saham. Selain itu indikasi membaiknya ekonomi di Amerika Serikat menyebabkan investor mulai mengumpulkan dolar AS alih-alih emas.
"Harga emas saat ini sudah terlalu tinggi," ujar Fachmi saat dihubungi ROL, Selasa (16/4). Selama lima tahun terakhir harga emas terus mengalami kenaikan, bahkan menyentuh level 1.900 dolar AS per ons.
Tidak dapat dipastikan berapa lama kejatuhan harga ini bakal bertahan. Pergerakan harga emas harus dilihat dari kondisi secara global. Banyak isu yang mempengaruhi pergerakan harga emas, termasuk isu penjualan emas oleh Republik Siprus.
Menarik atau tidaknya bagi investor, Fachmi mengatakan hal tersebut bergantung pada tujuan pembelian logam mulia itu sendiri. Jika pembelian untuk jangka panjang, maka ada baiknya memanfaatkan posisi emas saat ini untuk melakukan pembelian. Namun jika pembelian hanya untuk jangka pendek, maka investor harus melihat dulu perkembangannya. "Boleh beli kalau di kisaran Rp 450 ribu," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan harga emas turun 8 persen menjadi 1.355,8 dolar AS per ons. Pada dua sesi terakhir perdagangan, harga emas jatuh 12 persen. Anjloknya emas ini merupakan kerugian terburuk sejak Februari 1983.