REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga komoditas batu bara di pasar dunia kembali jeblok. Harga batu bara kini turun dua dolar AS per ton menjadi 88 dolar AS per ton, dari sebelumnya 90 dolar AS per ton.
Menurut Direktur Batu Bara Kementerian ESDM Edy Prasodjo harga batu bara April tergerus dibanding Maret lalu. Ini akibat produksi yang berlebihan di sejumlah negara. Padahal, pasar yang ada masih terbatas.
"Tapi kita percaya harga bisa naik lagi," katanya pada Republika, Rabu (10/4).
Meski meningkat, lanjutnya, harga komoditas ini tetap tak akan mampu menyentuh level 100 dolar AS per ton. Produksi batu bara yang berlebihan tetap akan menjadi faktor penahan peningkatan harga di level 90 dolar AS per ton.
"Kita berharap bisa lebih," ujarnya. Ini karena kenaikan harga bakal berdampak pada peningkatan penerimaan negara.
Sementara itu, berdasarkan data Februari 2013, produksi batu bara naik delapan persen dibanding 2012 lalu. Kementerian mencatat produksi mencapai 66 juta ton.
Peningkatan produksi diprediksi akan terus terjadi hingga semester pertama 2013. Kemungkinan, produksi akan memcapai 90 juta ton.
Meski permintaan batu bara di luar negeri tinggi, sayangnya permintaan domestik masih rendah. Namun, Edy optimis permintaan bisa mencapai 70 sampai 74 juta ton.
"Kalau kita banyak dari listrik, 75 hingga 80 persen," tegasnya. Selama ini batu bara RI, di ekspor ke China, India, Korea, Jepang, Thailand dan Taiwan.