Senin 01 Apr 2013 19:05 WIB

Neraca Perdagangan Februari 2013 Defisit 327,4 Juta Dolar AS

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Heri Ruslan
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BSP) mencatat neraca perdagangan Indonesia per Februari 2013 mengalami defisit 327,4 juta dolar AS atau sekitar (Rp 3,18 triliun). 

Angka tersebut berasal dari nilai ekspor sebesar 14,99 miliar dolar AS (Rp 145,62 triliun) dan nilai impor senilai 15,32 miliar dolar AS (Rp 148,8 triliun).

Kepala BPS Suryamin mengatakan tertekannya neraca perdagangan Indonesia per Februari 2013 tak lepas dari masih tingginya impor minyak dan gas (migas). 

Sedangkan ekspor nonmigas, walaupun mengalami kenaikan, akan tetapi belum mampu menutupi defisit yang ditimbulkan.  "Ini belum ketutup," tutur Suryamin dalam temu pers di kantornya, Senin (1/4).

Nilai impor migas per Februari 2013 tercatat 3,645 miliar dolar AS (Rp 35,4 triliun).  Rinciannya impor minyak mentah 826,8 juta dolar AS (Rp 8 triliun), hasil minyak 2,579 miliar dolar AS (Rp 25 triliun) dan gas 239 juta dolar AS (Rp 2,32 triliun). 

Sedangkan impor nonmigas tercatat 11,484 miliar dolar AS (Rp 111,56 triliun).

Sementara nilai ekspor migas per Februari 2013 mencapai 2,539 miliar dolar AS (Rp 24,67 triliun).  Rinciannya ekspor minyak mentah 814 juta dolar AS (Rp 7,9 triliun), hasil minyak 324,1 juta dolar AS (Rp 3,15 triliun) dan gas 1,4 miliar dolar AS (Rp 13,6 triliun).

Sedangkan ekspor non migas tercatat 12,449 miliar dolar AS (Rp 120,94 triliun).Suryamin mengatakan secara kumulatif nilai impor Januari-Februari 2013 mencapai 30,77 miliar dolar AS (Rp 298,93 triliun).  Sedangkan nilai ekspor Januari-Februari 2013 secara kumulatif tercatat 30,364 miliar dolar AS (Rp 294, 98 triliun). 

Sehingga total defisit mencapai 406 juta dolar AS (Rp 3,95 triliun).Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati mengatakan tekanan impor minyak, khususnya hasil minyak akan terus menekan neraca perdagangan sepanjang tahun. 

Terlebih, ekspor minyak yang diharapkan dapat meminimalisir dampak impor turut mengalami penurunan.Oleh karena itu, Enny menyebut pemerintah harus mengendalikan impor minyak. 

Caranya dengan mencari alternatif energi lain selain BBM.  Selain itu, disparitas harga yang terlampau jauh antara BBM bersubsidi dan BBM nonsubsidi telah menciptakan moral hazard kepada masyarakat.

Enny membenarkan adanya peningkatan dari ekspor nonmigas.  Meskipun demikian, ekspor nonmigas tidak dapat diandalkan sepenuhnya mengingat postur ekspor nonmigas masih bergantung pada komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit. 

"Kita harus mengoptimalkan kerja sama bilateral dan multilateral untuk menggenjot ekspor nonmigas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement