REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Johnson & Johnson akan menyaingi perusahaan Allergan Inc yang memproduksi Botox dalam pasar obat anti kerutan kulit. Perusahaan J&J tengah mencari izin di AS tahun depan untuk memasarkan obat anti kerut yang dapat memutus dominasi Botox.
Saat ini, Botox menguasai 85 persen pangsa pasar obat anti kerut. Produk dari J&J akan tersedia di pasar AS pada 2015 dan luar negeri beberapa tahun kemudian.
Dua produsen obat yang skalanya lebih kecil dengan produk sejenis belum membuat terobosan besar di pasar obat anti kerut. Pasar tersebut bisa menghasilkan 900 juta dolar AS per tahun. Namun, dermatologist dan analis mengatakan J&J bisa menjadi ancaman nyata bagi Botox, sebuah merk ikonik yang diperkenalkan sejak satu dekade lalu.
Allergan menolak mengomentari calon pesaing potensial tersebut.
"J&J mungkin adalah satu-satunya perusahaan yang dapat menantang langsung dengan Allergan," ujar analis Morningstar, Michael Waterhouse, dilansir Reuters, Senin (25/3).
Perusahaan J&J dinilai memiliki anggaran pemasaran dan tenaga penjualan yang besar serta portofolio kosmetik yang baik. Meski demikian, perjalanan J&J dinilai tidak akan mudah.
Analis dan dermatologis mengatakan, produknya harus bekerja lebih cepat, lebih lama atau lebih murah daripada Botox untuk merebut pangsa pasar.
"J&J merupakan perusahaan yang harus dianggap serius, mereka memiliki penelitian besar dan bisa menjadi pemimpin industri, " ujar dokter kulit di Wesh Palm Beach, Kenneth Beer.
Botox diperkenalkan pada 2002 di AS untuk memuluskan kulit di sekitar alis. Merek tersebut menghasilkan 1,8 miliar dolar AS per tahun. Produk anti kerut itu sudah digunakan selebritis, artis, maupun orang kaya. Prosedur botox di AS dapat memakan biaya 1.500 dolar AS untuk pengobatan penuh di tiga area wajah.