REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalangan pengusaha yang tergabung Asosiasi Industri Kakao Indonesia menyambut positif rencana pemerintah yang akan menerapkan sertifikasi terhadap kakao nasional seperti pada sawit.
Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Piter Jasman menilai hal itu dapat meningkatkan permintaan asing terhadap produk kakao dalam negeri. "Hal ini juga, menurutnya, dapat mendorong petani untuk meningkatkan produksi," katanya di Jakarta, Senin (18/3).
Sebelumnya Menteri Pertanian Suswono menyatakan, Indonesia juga akan menerapkan sertifikasi kakao yang dapat meyakinkan konsumen atas keberlanjutan (sustainability) kakao nasional.
"Indonesia akan menuju ke sustainable kakao. Saat ini memang belum diterapkan tapi arahnya ke sana, ini untuk kepentingan konsumen," katanya saat pembukaaan The 87th Meeting of International Cocoa Council di Denpasar, Bali.
Sementara itu, Piter menambahkan, kakao dapat meniru kopi yang mengangkat nama daerah produksi kakao tersebut. Hal itu, menurutnya, dapat mendorong petani untuk meningkatkan produksi. "Kopi kan nama daerah yang diangkat supaya petaninya ikut memiliki, menanam yang bagus, fermentasinya yang bagus, supaya mendapat harga premium," katanya.
Dulu, tambahnya, yang diproduksi cocoa Indonesia, ke depannya diproduksi cocoa daerah seperti Bali dengan Cokelat Bali. Menurut Piter, saat ini harga biji kakao mencapai 2.100 dolar AS per ton setelah sebelumnya sempat berada pada angka 1.600 dolar AS pada 2008.
Pada kesempatan tersebut Pieter juga menuturkan, sebelum diterapkan bea keluar, sekitar 70 persen dari total produksi kakao nasional diekspor. "Sebanyak 30 persennya itu baru diolah hilirisasi. Sekarang, sekitar 30 persen total produksi biji kakao nasional itu diekspor. Yang diolah mencapai 70 persen. Kita sudah ke arah hilirisasi," ujarnya.
Piter melanjutkan, saat ini sudah ada permintaan dari negara berkembang seperti India, Cina dan Kamboja.Indonesia dapat memenuhi permintaan itu, namun, Piter tidak mengatakan lebih lanjut berapa jumlah permintaan negara berkembang tersebut. Meski demikian, lanjutnya, dipenuhinya permintaan tersebut karena Gernas Kakao yang diyakini dapat meningkatkan produktivitas minimal 1 ton per hektare.