REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati), Rudy Setyopurnomo berharap bisa menyelesaikan masalah utang yang membelit perusahaan dengan cara meminta penghapusan dari para kreditur.
"Santai saja, itu utang masa lalu. Diharapkan nanti juga bisa diselesaikan pemerintah," kata Rudy, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (18/3).
Menurut Rudy, dirinya merasa santai karena sebagian besar kewajiban Merpati itu diperoleh dari perusahaan milik negara. Meski demikian ia tidak bersedia mengungkapkan lebih lanjut ketika ditanya total outstanding utang Merpati yang dipimpinnya sejak Mei 2012.
"Waduh saya tidak ingat. Masa saya harus hafal semua luar kepala," kata Rudy, sambil buru-buru memasuki mobilnya.
Diberitakan sebelumnya, perusahaan penerbangan plat merah ini memiliki utang sekitar Rp 3,14 triliun, kepada sejumlah pihak seperti PT Pertamina dalam bentuk utang bahan bakar, termasuk utang kepada PT Bank Mandiri, PT Angkasa Pura II, PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), dan PT Jasindo.
Akan tetapi Rudy mengaku, bahwa utang tersebut sesungguhnya menjadi beban bagi manajemen. "Kalau anda punya utang, kemudian rumah anda diketok-ketok untuk menagih utang. Kan, sedikit banyak pasti terganggu juga," ujarnya.
Sebelumnya Menteri Dahlan Iskan meminta Merpati tetap fokus menjalankan operasional perusahaan dengan tidak terlalu memikirkan utang-utangnya. "Merpati jangan terlalu memikirkan utang dulu, karena memang perusahaan benar-benar tidak sanggup jika harus membayar utang tersebut," ujar Dahlan.