Ahad 17 Mar 2013 14:53 WIB

Senegal Incar Posisi Pusat Keuangan Syariah di Afrika Barat

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Muslim Senegal, ilustrasi
Muslim Senegal, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DAKAR -- Senegal menargetkan diri menjadi pusat keuangan syariah di Afrika Barat. Populasi Muslim yang mencapai 52 persen membuat Pemerintah Senegal mengejar perubahan regulasi yang memungkinkan penjualan sukuk pertama.

Penerbitan sukuk negara Senegal sempat tertunda tahun lalu. "Senegal masih perlu menyesuaikan kebijakan agar dapat menjual sukuk," ujar Managing Director Institut Keuangan Syariah Afrika, Mouhamadou Lamine Mbacke, seperti dikutip dari Bloomberg, baru-baru ini.

Afrika Selatan dan Nigeria juga ingin menerapkan menerbitkan sukuk untuk mengumpulkan uang demi  pembangunan. Dari delapan negara di Asia Barat, mata uang Senegal relatif stabil, bahkan ketika Pemilihan Presiden tahun lalu. "Kami ingin investor berinvestasi dan menjadikan Senegal tempat berinvestasi di Afrika Barat," kata Mbacke.

Menurut laporan Standard & Poor, kemampuan ekonomi Senegal sebesar 14 miliar dolar AS akan terus  didorong pasar pembiayaan syariah-compliant yang diprediksi tumbuh dua kali lipat menjadi 3 triliun doslar AS pada 2015. Inggris sedang mempertimbangkan rencana menghidupkan kembali penjualan sukuk. Langkah ini guna meningkatkan peran Inggris sebagai pusat keuangan syariah.

Absa Group Ltd (ASA), telah menawarkan layanan perbankan syariah di pasar Afrika Barat. Sejauh ini, kata Mbacke, potensi pasar Afrika Barat lebih baik dari Afrika Selatan karena memiliki banyak populasi Muslim. Mbacke mengatakan penjualan sukuk akan membantu menarik investasi ke Senegal dari daerah Teluk seperti Persia. "Investor di Teluk akan mengawasi dan akan membantu Senegal," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement