Sabtu 16 Mar 2013 18:17 WIB

Hatta: Jangan Permisif dengan Pelanggaran Impor

Rep: bowo pribadi/ Red: Taufik Rachman
Pekerja menyusun Bawang Putih impor saat bongkar muat di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (10/12).
Pekerja menyusun Bawang Putih impor saat bongkar muat di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (10/12).

REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN--Pemerintah masih menelusuri kemungkinan  pelanggaran di balik keberadaan ratusan kontainer bawang putih tanpa Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH), di Terminal Petikemas Surabaya (TPS) Tanjung Perak, Surabaya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan, pihak Bea dan Cukai masih menangani temuan ratusan kontainer bawang putih asal Cina dan Thailand tersebut.

“Keberadaan puluhan kontainer bawang ini masih dipilah dan dilihat. Aapakah kategorinya pelanggaran atau bukan, Dirjen Bea Cukai akan melaporkan,” ungkap Hatta kepada wartawan, di sela kunjungan kerja di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (16/3).

Menurutnya, ada ketentuan yang akan dilakukan pemerintah terkait pelanggaran impor. Karena produk nasional tak mencukupi, Indonesia memang memerlukan tambahan bawang putih dengan cara mengimpor.

“Tapi kita juga tidak boleh permisif terhadap pelanggaran, karena jika kita permisif terhadap pelanggaran nanti orang akan berpikir tidak perlu izin memasukkan barang dari luar negeri atau mengurus izin belakangan. Berbahaya bagi bangsa ini,” tegasnya.

Saat ini 95 persen kebutuhan bawang dipenuhi dari luar negeri. Meski demikian, dalam mengimpor barang dari luar negeri harus dilengkapi dokumen dan perizinan sesuai ketentuan.

Menurutnya, tidak boleh mengimpor tanpa dilengkapi dokumen impor dan perizinan-perizinan. Kalau hal ini dibiarkan, lama-lama importir mendatangkan barang tanpa mengindahkan aturan.

Hatta juga mengakui, dirinya telah mendapat pesan singkat (SMS) dari Menteri Keuangan RI yang isinya menyatakan bahwa sebagian besar tidak memiliki perizinan atau perizinannya belum didapatkan.

“Kalau Izin saja belum dikeluarkan, tapi barangnya sudah ada di terminal petikemas, bagaimana kategori seperti ini?, Nanti akan kita bahas dan rapatkan,” jelasnya.

Hatta mengakui, saat ini Indonesia masih mengimpor bawang putih sekitar 95 persen. Oleh karena itu, pemerintah harus terus meningkatkan produksi bawang putih di tanah air.

Selama ini memang alam kalah dalam persaingan produktifitasnya. Namun Hatta mengaku mendapatkan masukan dari petani, bibit bawang putih sudah mulai habis.

“Artinya pnting juga meningkatkan pembibitan bawang putih agar produktivitasnya  jangan hanya 5 persen dari kebutuhan nasional,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement