REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Saudara mulai serius mengembangkan bisnis di dunia perbankan Tanah Air. Bank yang berpusat di Bandung tersebut berencana melakukan merger atau penggabungan dengan Bank Woori asal Korea Selatan. Langkah ini dipercaya sebagai cara untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Menurut Direktur Utama Bank Saudara, Yanto M Purbo, jajaran pemilik saham menyetujui penjualan saham kepada Bank Woori. Keputusan itu diambil pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 2012.
"Langkah ini adalah sebuah pilihan dalam mengembangkan bisnis dengan nilai aset Rp 12,5 triliun," kata Yanto di Bandung, belum lama ini.
RUPS 2012, lanjutnya, memutuskan untuk menjual sebanyak 33 persen saham Bank Saudara ke Bank Woori. Sebelum keputusan itu diketuk, sekitar 67 persen saham Bank Saudara dikuasai pengusaha Arifin Panigoro. Sementara 33 persen sisanya dimiliki oleh publik.
Yanto menambahkan, keputusan itu diambil karena Korea Selatan dinilai potensial. Di Jawa Barat misalnya, Korea Selatan membuka pabrik dan industri. Oleh karena itu, penggabungan dengan Bank Woori potensial untuk berkembang di masa mendatang.
Saat ini, proses merger masih diproses di Bank Indonesia. Yanto berharap, proses merger terealisasi dengan cepat dan sesegera mungkin. Ia mengaku tak khawatir dengan adanya perubahan nama Bank Saudara karena dampak merger.
"Tentu ada perubahan nama, tapi kami akan cepat menyesuaikan diri," kata Yanto.
Langkah merger juga dilakukan karena kinerja bisnis Bank Saudara terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Menurut Direktur Bisnis Bank Saudara, Denny Novizar, aset Bank Saudara mengalami pertumbuhan di atas 50 persen.
"Aset kami awalnya Rp 5 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 7,5 triliun pada tahun 2012," katanya.