REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memilih untuk menggandeng PTT Global Chemical Public Company Limited menggarap bisnis petrokimia nasional dan Asia yang diproyeksikan terus meningkat.
Juru Bicara Pertamina Ali Mundakir di Jakarta, Selasa, mengatakan pihaknya telah menetapkan PTT Global Chemical sebagai mitra pengembangan bisnis petrokimia melalui proses "beauty contest" (pemilihan terbatas).
"Pada Senin (11/3) kemarin, PTT sudah ditetapkan sebagai mitra kami," katanya.
PTT Global Chemical asal Thailand, adalah salah satu dari 11 peserta beauty contest yang merupakan perusahaan dengan reputasi global di bidang petrokimia.
Menurut Ali, Pertamina akan menyiapkan kerangka kerja sama yang akan dituangkan dalam bentuk pokok-pokok perjanjian (head of agreement/HoA) dengan target penandatanganan awal April 2013.
Selanjutnya, kedua perusahaan akan melakukan studi kelayakan lebih detail terkait dengan rencana pengembangan bisnis ke depan.
"Pada akhir Desember 2013, kami menargetkan perusahaan patungan Pertamina dan PTT terbentuk," ujarnya.
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dalam siaran pers mengatakan, kerja sama dengan PTT diharapkan menjadikan bisnis petrokimia sebagai salah satu pilar inti pertumbuhan perusahaan sebagai Asia Energy Champion pada 2025.
"Kerja sama ini tidak sekadar membangun pabrik petrokimia melainkan juga pemasaran, riset, dan pengembangan untuk menghasilkan produk berkualitas dan kompetitif guna merebut pangsa pasar petrokimia tidak saja di Indonesia, namun juga Asia yang sangat menjanjikan," katanya.
Sementara, Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya menambahkan, Pertamina bertekad menjadi pelaku utama industri petrokimia di Indonesia, melayani konsumen industri dengan jaminan pasokan yang handal dengan biaya yang efisien.
PTT Global Chemical merupakan produsen olefin dan aromatic terbesar di Thailand dan pemain utama di kawasan Asia dengan total kapasitas produksi 8,2 juta ton per tahun.?
Sementara, Pertamina merupakan pemilik aset kilang terbesar di Asia Tanggara dan terbesar ke-5 di Asia, sehingga bisnis kilang dan petrokimia terintegrasi untuk memberi nilai tambah sumber daya alam Indonesia.
Pada tahap awal, Pertamina akan membangun kilang naphta cracker dengan kapasitas satu juta ton per tahun yang ditargetkan dapat beroperasi pada 2017. Setelah kilang tersebut terbangun, Pertamina menargetkan penguasaan 30 persen pangsa pasar.