Rabu 06 Mar 2013 15:08 WIB

Soal Impor Daging, BUMN Nilai Kementan Pilih Kasih

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Daging impor (Ilustrasi)
Foto: CORBIS
Daging impor (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan mengaku salah dalam menetapkan strategi pengembangan peternakan di Indonesia. Menurutnya peternak hanya mengeluhkan pakan sapi yang terlampau mahal. Tingginya harga pakan, membuat mayarakat enggan memelihara sapi.

BUMN sebagai pemilik 600 ribu pohon sawit didorong untuk menyediakan pakan ternak. Daun sawit dikatakan sebagai pakan terbaik untuk ternak."Seluruh PTPN saya instruksikan untuk memiliki 100 ribu ekor sapi sejak tahun 2012," ujar Dahlan dalam pidatonya di Grand Hyatt, Rabu (6/3).

Namun pakan ternak ternyata bukan penyebab mahalnya harga daging saat ini. Dahlan juga meragukan data BPS yang menunjukkan populasi sapi potong yang berjumlah sekitar 14 juta ekor, sementara konsumsi mencapai 2 kilogram (kg) per tahun per kapita.

Keraguan ini membuat ia ragu swasembada bisa dilakukan tahun depan. Setidaknya menurut dia, swasembada sapi baru bisa dilakukan lima tahun mendatang. "Data-data diragukan, apakah jumlah sapinya atau konsumsi per kapitanya," ujar Dahlan.

Direktur Utama PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Ismed Hasan Putro mengatakan pihaknya membutuhkan setidaknya 2500 ekor sapi untuk mengembangkan usaha pembibitan sapi.  Pihaknya merasa mempunyai hak untuk mendapatkan alokasi impor sapi. Sebelumnya Kementrian Pertanian (Kementan), telah menolak permintaan jatah oleh BUMN.  "Ini gak adil, konsapirasi," ujar Ismed.

Kementan dinilai pilih kasih dalam memberikan impor sapi. Pasalnya, BUMN meminta jatah impor sapi hidup bukan daging sapi. Upaya ini dikatakan akan membantu untuk menstabilkan harga daging di masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement