REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas dalam perdagangan berjangka di COMEX New York Mercantile Exchange (NYMEX) pada Senin (4/3) atau Selasa (5/3) pagi WIB berakhir dengan kenaikan tipis.
Emas berjangka menemukan pijakannya setelah mengalami penurunan selama tiga sesi, karena aksi pelaku pasar yang masih menunggu hasil pertemuan bank sentral AS dan data ekonomi global dirilis pekan ini.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman April naik 0,1 dolar AS atau 0,01 persen menjadi menetap di 1.572,4 dolar AS per ounce. Emas naik tujuh persen tahun lalu karena negara-negara mulai dari AS hingga Cina menjanjikan stimulus lebih untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Menurut analis pasar, emas berjangka naik untuk pertama kalinya dalam empat sesi di tengah spekulasi bahwa bank sentral AS akan melanjutkan langkah-langkah stimulus guna memacu pertumbuhan ekonomi. Para analis menilai, pasar akan melihat ke arah pertemuan bank sentral pada Kamis (7/3), dan laporan lapangan pekerjaan AS pada Jumat (8/3).
Kerusuhan politik Italia, pembicaraan dana talangan lebih lanjut di Yunani, pemangkasan anggaran di AS dan data lebih lemah dari yang diharapkan dari industri jasa Cina, sekarang telah mengingatkan investor bahwa krisis masih memiliki jalan panjang untu berakhir.
Haruhiko Kuroda, calon Gubernur bank sentral Jepang (Bank of Japan (BoJ), mengatakan ia akan melakukan apa saja yang diperlukan untuk mengakhiri deflasi 15 tahun. Wakil Ketua Federal Reserve AS Janet Yellen mengatakan bank sentral AS harus buru-buru untuk 85 miliar dolar AS dalam pembelian obligasi bulanan.
Mengingat latar belakang itu, perak untuk pengiriman Mei naik enam sen atau 0,21 persen, menjadi ditutup pada 28,496 dolar AS per ounce.