Jumat 22 Feb 2013 16:12 WIB

Ini Alasan Batalnya Akuisisi Petrodelta SA oleh Pertamina

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Nidia Zuraya
pertamina
pertamina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akhirnya buka suara mengapa Pemerintah RI membatalkan rencana Pertamina mengakuisisi lapangan migas Petrodelta SA di Venezuela, Amerika Latin.

Menurut Menteri BUMN Dahlan Iskan, tingginya nilai penyertaan modal (capital expenditure/capex) membuat pemegang saham enggan memberi lampu hijau pada aksi korporasi itu.  "Ada permintaan tambahan dua kali lipat," tegasnya pada wartawan, Jumat (22/2).

Harvest, selaku pemilik Pterodelta sekarang, meminta Pertamina menambah biaya investasi dari persetujuan awal yang sudah disetujui sebelumnya.

Ia menuturkan setelah dihitung, bila dipaksakan ini akan menimbulkan inefisiensi di tubuh BUMN migas itu. Sehingga RUPS menolak rencana ini.

"Tapi kalau kembali kesepakatan kembali ke kesepakatan awal, saya bilang langsung saja go (beli) dan RUPS," tegas Dahlan. Lagipula, kata dia, nilai produksi minyak bumi di Venezuela juga bisa didapat Pertamina dari sumber di dalam negeri.

Sebelumnya, Pertamina (Persero) batal membeli saham ladang minyak di Venezuela. Setelah melakukan pembicaraan selama setahun lebih, BUMN ini gagal mengakuisisi 32 persen saham Petrodelta SA dari perusahaan migas asal AS, Harvest Natural Resources Inc.

Hal ini diungkapkan Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina Ali Mundakir pada Republika, Kamis (21/2). "Transaksinya batal," tegasnya dalam pesan singkat.

Namun, ia masih enggan menuturkan alasan tak terlaksananya pembelian blok senilai 725 juta dolar AS itu. "Saat ini saya belum dapat memberikan info yang lebih detil," katanya.

Selain Harvest, Petrodelta SA dimiliki sahamnya 60 persen oleh Corporacion Venezolana del Petroleo SA, anak usaha perusahaan migas nasional Pemerintah Venezuela, Petróleos de Venezuela, SA (PDVSA). Sementara sisanya, sebesar delapan persen, dikuasasi Vinccler O&G Tech, perusahaan lokal negara latin itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement